Jumat 18 Apr 2025 19:00 WIB

Gobel-Fukuda Sepakat Perkuat UMKM dan Pertanian Indonesia

Fukuda berharap Indonesia dan Jepang memperkuat kolaborasi.

Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rachmat Gobel bertemu dengan Ketua Harian Japan-Indonesia Association Tatsuo Fukuda di Kantor Partai Demokrasi Liberal (LDP) Tokyo, Jumat (19/4/2025) sore.
Foto: Istimewa
Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rachmat Gobel bertemu dengan Ketua Harian Japan-Indonesia Association Tatsuo Fukuda di Kantor Partai Demokrasi Liberal (LDP) Tokyo, Jumat (19/4/2025) sore.

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO – Rachmat Gobel dan Tatsuo Fukuda sepakat untuk memajukan ekonomi Indonesia dengan memperkuat sektor UMKM dan pertanian Indonesia dalam perekonomian nasional. “Struktur ekonomi nasional Indonesia akan kuat jika dua sektornya kuat, yaitu UMKM dan pertanian,” kata Rachmat Gobel, Jumat (18/4/2025), seperti diberitakan wartawan Republika Stevy Maradona dari Tokyo, Jepang.

Hal itu ia sampaikan usai berdialog dengan Tatsuo Fukuda. Gobel adalah ketua umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ), sedangkan Fukuda adalah ketua harian Japan-Indonesia Association (Japinda).

Dua organisasi ini merupakan counterpart untuk memperkuat hubungan Indonesia-Jepang dari sisi masyarakat. Gobel juga menjabat ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang atau dikenal juga sebagai Kaukus Parlemen Indonesia-Jepang, yang merupakan organ resmi Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI. Selain itu, Gobel juga menjadi ketua umum Persaudaraan Alumni dari Jepang (Persada).

Sedangkan Fukuda juga anggota DPR Jepang dan ketua Majelis Umum (General Assembly) Partai Demokrasi Liberal (LDP), yaitu partai berkuasa di Jepang. Fukuda adalah The Rising Star politisi muda Jepang. Ia merupakan putra dari mantan perdana menteri Jepang Yasuo Fukuda yang berkuasa pada 2007-2008. Sebelumnya, kakek dari Tatsuo yaitu  juga menjadi perdana menteri Jepang pada 1976-1978.

Dalam pertemuan di kantor LDP itu hadir juga sejumlah pemimpin redaksi media massa Indonesia, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk berdialog berbagai isu strategis Indonesia-Jepang, kawasan Asia Pasifik, maupun dampak kebijakan Donald Trump.

Rachmat Gobel mengatakan, ekonomi Indonesia akan stabil dan berkelanjutan jika dua sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dan menjadi pilar utama sistem sosial Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi, yaitu sektor UMKM dan pertanian, termasuk perkebunan, peternakan, kelautan, dan perikanan.

Karena itu, katanya, pemerintah harus fokus untuk memperkuat dan memiliki keberpihakan terhadap sektor UMKM dan sektor pertanian. Selain itu, ia juga mengingatkan kembali bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar dan sumberdaya alam yang berlimpah merupakan kekuatan pokok Indonesia.

“Dalam situasi ekonomi global yang diliputi ketidakpastian dan akibat perang tarif perdagangan internasional maka yang utama adalah melindungi pasar domestik Indonesia. Jangan biarkan Indonesia menjadi tempat pembuangan berbagai barang dari berbagai negara di dunia, khususnya dari China dan Vietnam, akibat kesulitan masuk pasar Amerika Serikat,” kata eks menteri perdagangan di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I ini.

Karena itu, Gobel mengingatkan tentang pentingnya penerapan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Melalui kebijakan TKDN yang konsisten, katanya, maka negara-negara lain dan juga pengusaha nasional dipaksa untuk membangun industri di dalam negeri Indonesia.

“Dengan demikian terjadi penyerapan tenaga kerja, meningkatkan investasi, terjadi reindustrialisasi, dan juga hilirisasi yang sejati. Jadi efeknya berantai dan berjangka panjang. Sedangkan penghapusan TKDN akan berdampak pada deindustrialisasi, naiknya pengangguran, ekspor bahan mentah, dan Indonesia hanya menjadi negara pedagang," kata dia, menganalisis.

Sedangkan Tatsuo Fukuda menyampaikan bahwa secara kuantitatif, ekonomi Indonesia sudah tumbuh pesat dalam 20 tahun terakhir. “Sekarang tinggal bagaimana meningkatkan sisi kualitatifnya, yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi mengalir ke rakyat, yaitu dengan memperkuat UMKM dan pertanian. Di sinilah Jepang bisa berkontribusi bagi Indonesia,” katanya. Di Jepang, katanya, kontribusi sektor UMKM mencapai 80 persen. Pengalaman Jepang ini, katanya, bisa dibagikan ke Indonesia.

Fukuda menyampaikan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar sehingga memiliki pasar yang besar. Sedangkan Jepang memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit sehingga memiliki pasar yang lebih kecil. Dengan demikian, katanya, Indonesia dan Jepang bisa berkolaborasi.

“Untuk itu perlu disiapkan sumberdaya manusianya agar UMKM dan pertanian Indonesia menjadi lebih kuat,” katanya.

Lebih lanjut ia mengingatkan bahwa bangsa-bangsa Asia itu memiliki tata nilai sendiri yang mengakui keberagaman. Hal itu berbeda dengan bangsa Amerika yang melihat sesuatu secara hitam-putih dan kalah-menang.

“Sekitar 200 tahun lalu Eropa mengalami modernisasi, sedangkan sebelum itu justru Asia yang luar biasa. Jadi sudah saatnya sesama bangsa Asia untuk melakukan penemuan kembali nilai-nilai Asia yang bisa menerima nilai-nilai dari manapun, termasuk dari Eropa, dan juga melakukan adaptasi. Kita adalah masyarakat Asia yang memiliki cara Asia dengan mencari titik temu dan kesamaan,” katanya, memaparkan.

Fukuda menyampaikan bahwa Jepang memiliki fenomena unik di dunia, yaitu mengalami deflasi selama 30 tahun, sehingga harga-harga barang tidak naik. Hal itu, katanya, membuat sektor informal tetap bisa hidup cukup.

“Namun sejak empat tahun lalu mulai mengalami inflasi, mulai dari Covid-19 dan kemudian konflik Ukraina. Sekarang ada Trump. Hal ini menimbulkan ketidakpastian. Barang-barang menjadi mahal. Ini yang membuat jumlah orang bekerja di Jepang meningkat, walaupun populasi penduduk Jepang menurun. Masyarakat inilah yang kami pikirkan,” katanya.

Untuk itu, Fukuda berharap Indonesia dan Jepang memperkuat kolaborasi untuk menyelesaikan persoalan secara bersama-sama dalam menghadapi ketidakpastian global tersebut.

UMKM di Jepang sudah terintegrasi ke dalam sistem industri menjadi satu mata rantai yang tak terpisahkan. UMKM sudah menjadi supporting system dengan industri besar sebagai sebuah piramida.

sumber : Rilis
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement