Sabtu 19 Apr 2025 13:36 WIB

Puluhan Tahun Warga Menyeberangi Sungai Tanpa Ada Jembatan, Ini Respons Bupati Kuningan

Sudah puluhan tahun warga menanti hadirnya jembatan penghubung desa mereka.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Mas Alamil Huda
Sejumlah pelajar di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan menyeberangi sungai Sirigading untuk menuju sekolah mereka. Hal itu dilakukan setiap hari karena tidak adanya jembatan penghubung.
Foto: Dok Republika
Sejumlah pelajar di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan menyeberangi sungai Sirigading untuk menuju sekolah mereka. Hal itu dilakukan setiap hari karena tidak adanya jembatan penghubung.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Warga Desa Cipakem, Kecamatan Maleber dan Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan sudah puluhan tahun menanti hadirnya jembatan penghubung desa mereka. Kedua desa itu dipisahkan oleh Sungai Sirigading.

Selama ini, warga kedua desa harus menyeberangi derasnya arus sungai Sirigading untuk beraktivitas ke desa lain setiap hari. Tak hanya masyarakat, hal itu juga harus dilakukan oleh para pelajar saat hendak menuju sekolah maupun pulang ke rumah. Kesulitan warga kedua desa itupun mendapat sorotan setelah ramainya pemberitaan.

Baca Juga

Merespons kondisi yang dialami warganya, Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar pun langsung meninjau lokasi tersebut. Ia memastikan, pembangunan jembatan gantung segera dilakukan.

Dian menyebut, pembangunan jembatan gantung itu merupakan kerja sama antara Pemkab Kuningan, Yayasan Harmoni Nusa, dan masyarakat setempat. Proses pembangunan jembatan itupun langsung dimulai kemarin.

“Panjang jembatan sekitar 40 meter dengan lebar 1,2 meter. Targetnya, jembatan bisa digunakan maksimal dalam 1,5 bulan atau sebelum Idul Adha,” terang Dian, didampingi Kabid Bina Marga Dinas PUTR Kuningan, Teddy Sukmajayadi, kemarin.

Saat menelusuri Sungai Sirigading, Dian berpapasan dengan salah seorang guru SDN 4 Cipakem yang baru pulang mengajar. Guru itupun mengungkapkan tantangan yang ia dan siswanya hadapi setiap hari.

Selama lima tahun mengajar di Dusun Seklok, guru tersebut harus menyeberangi sungai dari rumahnya di Cisalak. Ketika hujan deras mengguyur dan sungai meluap, terpaksa absen karena risiko keselamatan.

“Semoga jembatan ini segera dibangun agar anak-anak bisa sekolah dengan lebih mudah dan aman,” harapnya.

Kepala Desa Cipedes, A Rusdiana, mengapresiasi langkah cepat bupati dan semua pihak yang peduli atas inisiatif pembangunan jembatan tersebut.

“Ini bukan sekadar jembatan fisik, tapi jembatan harapan bagi masa depan anak-anak dan kemajuan dua desa ini,” ujarnya.

Warga pun menyambut rencana pembangunan jembatan itu dengan antusias. Mereka siap bergotong royong demi terwujudnya jembatan yang telah dinanti selama lebih dari dua dekade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement