Selasa 15 Apr 2025 14:36 WIB

Analis Perilaku Konsumen: Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel akan Semakin Masif

Aksi boikot berpotensi semakin masif karena kemarahan umat Muslim semakin besar.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andri Saubani
Massa aksi peduli Palestina menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (25/10/2024). Aksi tersebut sebagai bentuk kecaman atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga di Palestina dengan meluncurkan serangan ke wilayah Jabalia, Gaza Utara, Palestina serta menuntut pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan dukungan terhadap Israel. Selain itu aksi tersebut juga mengajak massa aksi dan seluruh warga untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa aksi peduli Palestina menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (25/10/2024). Aksi tersebut sebagai bentuk kecaman atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga di Palestina dengan meluncurkan serangan ke wilayah Jabalia, Gaza Utara, Palestina serta menuntut pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan dukungan terhadap Israel. Selain itu aksi tersebut juga mengajak massa aksi dan seluruh warga untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, Aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel diprediksi akan semakin masif di Indonesia, seiring dengan adanya peningkatan agresi militer Israel terhadap warga sipil Palestina dalam sebulan terakhir. Hal itu diutarakan oleh analis perilaku konsumen Megel Jekson, yang mengatakan, aksi boikot berpotensi semakin masif karena kemarahan umat Muslim Indonesia juga semakin membesar.

“Lihat saja, aktivitas boikot produk Israel dan produk-produk terafiliasi Israel di Indonesia akan semakin membesar. Umat Islam Indonesia yang marah akan menunjukkannya dengan semakin masif melakukan boikot. Boikot dianggap sebagai jalan jihad yang paling rasional dan paling mudah untuk dilakukan,” ujar Megel, Selasa (15/4/2025).

Baca Juga

Megel pun berpandangan semakin masifnya kampanye boikot di media sosial turut memperkuat kesadaran konsumen keterkaitan antara konsumsi harian dan konflik kemanusiaan di Palestina. Menurut dia, narasi yang dibangun dalam kampanye boikot berhasil memberikan landasan rasional serta tujuan jelas yang bisa diterima oleh publik.

“Muslim Indonesia yakin boikot produk bisa menghentikan aliran dana ke Israel dan pada akhirnya bisa menghentikan kebiadaban IsraHell. Jadi pilihan rasional selain berjihad langsung ke Palestina adalah boikot produk,” kata dia.

Lebih lanjut Megel juga menyoroti keberanian sejumlah elemen masyarakat sipil, termasuk organisasi intelektual Islam, dalam menyebut merek-merek yang dinilai memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Israel. Hal itu, kata dia, menjadi faktor penting dalam mengarahkan boikot secara tepat sasaran.

Diketahui beberapa organisasi seperti Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah merilis daftar produk yang patut diboikot.

“Langkah ini membuat gerakan boikot menjadi lebih terarah dan efektif. Masyarakat tidak lagi bertanya-tanya produk mana yang harus dihindari,” ujar Megel.

Berikutnya, Megel menilai gelombang boikot yang semakin masif nantinya akan mampu membuka peluang besar bagi pertumbuhan produk lokal dan UMKM dalam negeri. Menurut dia, pergeseran konsumsi ke produk nasional dapat menjadi momentum kebangkitan ekonomi rakyat.

“Kalau boikot produk terafiliasi Israel semakin besar, inilah waktu yang paling tepat untuk membuat produk nasional dan UMKM lokal mendominasi konsumsi Muslim di Indonesia. Jangan biarkan satu rupiah pun uang kita mengalir menjadi desing peluru untuk menembaki anak-anak dan warga Muslim di Gaza,” ujarnya.

Ia menambahkan keberhasilan boikot tidak hanya diukur dari penurunan penjualan produk-produk tertentu, namun juga dari meningkatnya kemandirian ekonomi umat dan menguatnya ekosistem industri halal dalam negeri.

photo
Komik Si Calus : Boikot - (Daan Yahya/Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement