REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menegaskan peran guru tetap tak tergantikan meski di era artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang membuat semuanya menjadi serba mudah.
"Itu yang selalu kami usahakan kepada pemerintah bahwa jangan sampai kekurangan guru. Karena guru itu sangat penting," kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PGRI Prof Unifah Rosyidi, Sabtu (12/4/2025). Hal tersebut disampaikannya saat Halalbihalal Keluarga Besar PGRI Jawa Tengah bertema "Menguatkan Silaturahmi Meneguhkan Harmoni" di Balairung Universitas PGRI Semarang.
"Di era AI yang sekarang ramai gitu, nggak bisa guru digantikan oleh hologram guru. Karena kita pakai artificial. Tapi guru itu selalu hadir karena dia menyemangati, menjadikan anak-anak itu individu yang berarti dan bermakna. Itu guru, nggak bisa digantikan," katanya.
Menurut dia, ilmu pengetahuan mungkin lebih mudah dipelajari dengan bantuan AI melalui banyak beragam mesin pencari di internet. Tetapi tetap tidak bisa menggantikan peran guru.
"Tetapi, bagaimana guru itu hadir dan menjadikan anak-anak itu pribadi yang utuh dan menjadi manusia. Bahkan, ada (forum) internasional nanti di bulan September bertema The Humanizing Education. Itu menandakan bahwa guru nggak bisa digantikan," katanya.
Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi menjelaskan bahwa pemerintah harus berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan dengan baik, termasuk pemenuhan kebutuhan guru. Persoalan yang dihadapi dalam rekrutmen guru, terutama di Jateng, kata dia, adalah keberadaan guru P1, terutama di jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Guru P1 adalah guru honorer yang sudah lulus passing grade seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) sebelumnya, tetapi belum mendapatkan formasi, dan menjadi prioritas utama dalam seleksi PPPK. "Bagi kami masalahnya bukan masalah kebutuhan atau tidak butuh. Itu komitmen pemerintah, aturan pemerintah yang membuat P1 itu harus diangkat. Ya, saya kira harus konsisten," katanya.
Wakil Ketua Komite 1 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI itu menunjukkan fakta ketika meninjau suatu sekolah ternyata menemukan kekurangan guru karena pensiun, dan sebagainya. "Maka saya berharap pemerintah provinsi betul-betul melakukan pendataan yang yang betul-betul baik ya. Jangan sampai memang di sana lebih tapi di sini kurang," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno menyampaikan terima kasih atas kontribusi PGRI dalam membantu meningkatkan kualitas dan cakupan pendidikan, khususnya di Jateng. Menurut dia, pemerintah sangat membutuhkan bantuan PGRI untuk menyelesaikan persoalan pendidikan yang masih cukup banyak, mulai angka partisipasi hingga kualitas pendidikan.
"Untuk pendidikan ke depan, karena kita untuk menyambut bonus demografi untuk menuju Indonesia Emas tahun 2045, tentu saja kualitas sumber daya manusia yang harus ditingkatkan," katanya.