REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap strateginya mengelola ketegangan di Laut China Selatan yang melibatkan sejumlah negara ASEAN dan China. Sudah beberapa dekade, perairan kaya potensi sumber daya alam (SDA) tersebut diperebutkan oleh beberapa negara, khususnya China.
Dalam sesi ADF Talks, Antalya Diplomacy Forum di Kota Antalya, Turki, Jumat (11/4/2025) sore waktu setempat, Prabowo membagikan pengalaman Indonesia yang berhasil menyepakati batas-batas zona ekonomi eksklusifnya di Laut China Selatan dengan Vietnam. Dia pun ingin menyelesaikan sengketa dengan negara lain.
"Kami berhasil menyelesaikan masalah (klaim batas ZEE) dengan Vietnam setelah melewati beberapa dekade klaim dan sanggahan. Beberapa bulan lalu, kami mencapai kesepakatan. Saya juga telah mengusulkan kepada sahabat saya, Perdana Menteri Malaysia (Anwar Ibrahim) untuk menyelesaikan isu yang masih tertunda antara Indonesia dan Malaysia," kata Prabowo saat menjawab pertanyaan moderator dalam sesi ADF Talks di Antalya, Turki, Jumat.
Prabowo menilai, ketegangan di kawasan saat ini salah satunya bersumber dari persoalan batas-batas wilayah dan tumpang tindih klaim di Laut China Selatan. Persoalan itu, menurut Prabowo, merupakan warisan dari negara-negara kolonial dan imperialis yang pernah menjajah mayoritas negara di Asia Tenggara.
"Warisan dari penjajahan selama berabad-abad itu masih tersisa seperti batas-batas wilayah yang belum jelas, dan lain sebagainya. Inilah kekacauan yang harus kita benahi sekarang," kata Prabowo.
Bagi Prabowo, kunci utama dalam mengelola ketegangan di kawasan, termasuk di Laut China Selatan, ialah prinsip saling menghormati dan kolaborasi. Prinsip dan langkah itu yang dilakukan oleh Prabowo saat berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Indonesia saat ini diklajm bukan bagian dari negara yang bersengketa langsung dengan China untuk klaim wilayah di Laut China Selatan. Walaupun demikian, China terus mengeklaim secara sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dengan 10 garis putus-putusnya (Ten Dash Line). Klaim terbaru Ten Dash Line China itu juga mencakup wilayah Laut Natuna Utara, yang merupakan ZEE Indonesia.
"China mengklaim nelayan mereka telah menangkap ikan di wilayah tersebut selama ribuan tahun, dan kami juga mengklaim telah melakukan hal yang sama selama ribuan tahun. Jadi, saya katakan kepada Presiden Xi, mengapa kita tidak melakukan pengembangan bersama?" kata Prabowo.