Selasa 08 Apr 2025 15:32 WIB

Jatim Lumbung Pangan, Khofifah: Produksi Beras Kami Tertinggi

Khofifah : Jatim siap menjaga peran sebagai lumbung pangan nasional.

Ilustrasi produksi berat. Jawa Timur disebut khofifah sebagai penghasil beras tertinggi.
Foto: Lilis Sri Handayani
Ilustrasi produksi berat. Jawa Timur disebut khofifah sebagai penghasil beras tertinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyatakan siap menjaga peran Provinsi Jawa Timur (Jatim) sebagai lumbung pangan nasional dengan menyumbang 17,48 persen produksi padi nasional di tahun 2024.

"Jawa Timur dengan seluruh kekuatan yang ada di gapoktan dan koordinasi antara bupati/wali kota tentu dengan forkopimda, kami siap menjaga Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional," ujar Gubernur Khofifah saat memimpin pelaksanaan Panen Raya Padi Serentak di 37 kabupaten/kota se-Jatim dengan total luas panen mencapai 5.500 hektare yang dipusatkan di Desa Kartoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Senin.

Baca Juga

Dalam panen raya tersebut, Gubernur Khofifah didampingi Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Plt Kajati Jatim Setiawan Budi Cahyono, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, dan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Rachmat.

Gubernur Khofifah mengatakan bahwa panen raya tersebut menjadi simbol keberhasilan kolaborasi seluruh elemen pertanian Jatim, serta bukti nyata peran provinsi sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional.

Predikat lumbung pangan nasional itu, sesuai dengan kontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional. Tercatat, luas baku sawah di Jatim mencapai 1.207.997 hektare. Hal itu membawa Provinsi Jatim menyumbang 17,48 persen terhadap produksi beras nasional.

Lebih lanjut, sepanjang tahun 2024, Jatim mencatat luas panen sebesar 1.616.985 hektare, dengan produktivitas mencapai 5,73 ton Gabah Kering Giling (GKG) per hektare, menghasilkan 9.270.435 ton GKG, atau setara dengan 5.352.936 ton beras.

Pencapaian tersebut, kata Khofifah, menempatkan Jatim sebagai salah satu provinsi dengan produksi padi tertinggi nasional dengan menyumbang 17,44 persen terhadap produksi padi nasional.

"Sebagaimana 5 tahun terakhir, produksi padi di Jawa Timur termasuk beras adalah tertinggi di Indonesia, dan kami siap terus meningkatkan hasil sektor pertanian guna mensukseskan program Indonesia swasembada pangan," katanya.

Memasuki tahun 2025 ini, tren produksi menunjukkan peningkatan yang sangat positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim per 3 Maret 2025, pada periode Januari-April 2025, luas panen tercatat sebesar 838.473 hektare, meningkat 20,17 persen atau 140.746 hektare dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 697.727 hektare.

Kenaikan itu juga diikuti oleh peningkatan produksi padi, dari 4.044.480 ton GKG pada Januari-April 2024 menjadi 4.800.015 ton GKG pada periode yang sama tahun ini, atau naik 18,68 persen. Demikian pula dengan produksi beras, yang meningkat dari 2.335.364 ton menjadi 2.771.626 ton.

"Kita bersyukur, hasil kerja keras dan kebijakan strategis di sektor pertanian mulai menunjukkan dampak positif bagi produksi pangan daerah dan nasional," kata Gubernur Khofifah.

Peningkatan produksi ini, ungkap Khofifah, tak lepas dari penggunaan teknologi modern seperti combine harvester dan penerapan varietas unggul serta dengan adanya kemudahan ketersediaan pupuk bagi petani.

Biaya produksi per hektare di wilayah panen utama mencapai Rp18–20 juta, dengan provitas yang mencapai 6,5–7,5 ton per hektare dan harga gabah stabil di kisaran Rp6.500 per kilogram.

Selain capaian panen, Gubernur Khofifah juga menyoroti peningkatan luas tambah tanam padi di Jatim. Hingga 6 April 2025, realisasi luas tambah tanam mencapai 628.110 hektare, yang menunjukkan antusiasme tinggi petani dalam mengoptimalkan lahan mereka untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan.

Di sisi hilir, penyerapan gabah oleh Bulog Jatim juga mencatat progres positif. Dari komitmen setara beras sebesar 593.262 ton untuk periode Februari–April 2025, telah terserap sebanyak 150.433 ton atau sekitar 25,36 persen.

Hal ini menjadi indikator penting dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga di pasaran.

Sementara, selain digelar di Jatim, panen raya padi juga dilaksanakan secara serentak di 14 provinsi lainnya di Indonesia dan dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia secara virtual. Kegiatan itu merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ketahanan pangan melalui sinergi lintas wilayah dan optimalisasi musim panen.

Adapun provinsi yang turut berpartisipasi dalam panen raya nasional adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Lampung, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement