REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump ke produk-produk dari Indonesia sebesar 32 persen diyakini bakal berimbas ke Rupiah. Pelemahan masih akan berlanjut.
"Rupiah? IHSG? Pelemahan kurs rupiah diperkirakan berlanjut, investor cari aset yang aman, keluar dari negara berkembang," ujar Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, kepada Republika, Kamis (3/4/2025).
Rupiah di pasar spot masih tertekan di awal perdagangan Kamis (3/4). Rupiah spot dibuka di level Rp 16.771 per dolar Amerika Serikat (AS)ataumelemah 0,35% dibanding penutupan hari sebelumnya.
Bhima menilai, tekanan rupiah wajib diwaspadai efeknya ke imported inflation (harga barang impor jadi lebih mahal). Hal ini akan menekan daya beli lebih lanjut terutama pangan, dan kebutuhan sekunder (perlengkapan rumah tangga, elektronik dsb).
"Paska libur lebaran, pasar saham bersiap hadapi capital outflow. Trading halt bukan tidak mungkin terjadi lagi," katanya mengingatkan.
Sekarang solusinya Indonesia harus bersiap lomba kejar peluang relokasi pabrik, dan tidak cukup hanya bersaing dari selisih tarif resiprokal Indonesia yang lebih rendah dari Vietnam dan Kamboja.
"Kuncinya di regulasi yang konsisten, efisiensi perizinan, tidak ada RUU yang buat gaduh (RUU Polri dan RUU KUHAP ditunda dulu), kesiapan infrastruktur pendukung kawasan industri, sumber energi terbarukan yang memadai untuk pasok listrik ke industri, dan kesiapan sumber daya manusia," ujarnya.
View this post on Instagram
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook