REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) menyerahkan kunci Kampung Susun Bayam (KSB) secara simbolis kepada 33 kepala keluarga (KK) warga Kampung Bayam pada Kamis (6/4/2025). Namun, hal itu tidak serta merta membuat permasalahan selesai.
Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan, ada sejumlah pihak yang mencegatnya di depan pintu masuk Jakarta International Stadium (JIS) usai menyerahkan kunci unit KSB kepada warga Kampung Bayam. Pihak itu mengatasnamakan Persaudaraan Warga Kampung Bayam (PWKB) tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Nagrak dan Rorotan.
"(Masalah) Kampung Bayam yang periode pertama sudah selesai yang Furqon dan teman-teman kemarin ketika saya pulang dicegat oleh kelompok Gugun dan teman-teman sekalian," kata dia di Balai Kota Jakarta, Senin (17/3/2025).
Pramono mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk menuntaskan masalah tersebut. Ia bahkan menargetkan masalah itu akan diselesaikannya setelah Lebaran. "Itu juga akan kami selesaikan mudah-mudahan setelah Lebaran akan selesai," ujar dia.
Melalui siaran pers yang diterima Republika, aksi protes yang dilakukan PWKB itu dikarenakan Pramono Anung tidak melibatkan eks warga Kampung Bayam yang telah menghuni Rusunawa Nagrak dalam penyerahan kunci unit KSB. Pramono disebut hanya memfasilitasi warga Kampung Bayam yang selama ini menghuni hunian sementara di Jalan Tongkol, Jakarta Utara.
"Perencanaan dan pelaksanaan penyerahan kunci unit KSB dinilai tidak partisipatif dikarenakan tidak melibatkan Warga Kampung Bayam yang ditempatkan sementara di Rusunawa Nagrak dan Rorotan," tulis siaran pers yang mengatasnamakan PWKB itu.
Alhasil, sejumlah warga itu melakukan aksi di depan pintu masuk kompleks JIS ketika Pramono menyerahkan kunci KSB kepada 33 KK warga Kampung Bayam. Pasalnya, terdapat lebih dari 98 KK eks warga Kampung Bayam yang tinggal di Rusunawa Nagrak dan Rorotan tidak diberitahu dan tidak diundang dalam agenda tersebut, sehingga kejelasan nasib mereka ke depannya masih belum jelas.