Sabtu 08 Mar 2025 05:57 WIB

Trump Kirim Surat ke Khamenei, Ingin Negosiasi Nuklir Disertai Sinyal Ancaman Perang

Iran mengaku belum menerima surat dari Presiden AS Donald Trump.

Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengaku belum menerima sepucuk surat dari Presiden Donald Trump. Penjelasan itu disampaikan setelah pemimpin AS itu mengatakan telah mengirim surat untuk meminta perundingan terkait program nuklir Iran yang berkembang pesat. 

Surat ditujukan ke Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei. Surat ajakan dibumbui sinyal ancaman dari AS.

Baca Juga

"Kami belum menerima surat seperti itu sejauh ini," kata juru bicara kedutaan besar Iran pada Jumat seperti dilansir Aljazirah.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menepis prospek perundingan nuklir dengan AS jika Teheran tetap berada di bawah sanksi berat dari Washington.

"Kami tidak akan melakukan perundingan langsung dengan AS selama mereka melanjutkan kebijakan tekanan maksimum dan ancaman mereka," kata Araghchi kepada kantor berita AFP.

Sejak menjabat pada Januari, pemerintahan Trump telah menjatuhkan sanksi terhadap Iran – termasuk pada jaringan minyak negara itu – sebagai bagian dari strategi 'tekanan maksimum'-nya.

Media pemerintah Iran segera menanggapi komentar Trump, yang disampaikan dalam sebagian wawancara Fox Business News yang ditayangkan pada Jumat. Wawancara tersebut diharapkan akan ditayangkan secara penuh pada Ahad.

Masih belum jelas bagaimana pemimpin tertinggi berusia 85 tahun itu akan bereaksi, mengingat mantan Presiden Barack Obama telah merahasiakan surat-suratnya kepada Khamenei sebelum dimulainya negosiasi sehingga menghasilkan kesepakatan Teheran tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia.

Khamenei dalam pidatonya Agustus lalu membuka pintu untuk perundingan dengan AS. Ia mengatakan tidak ada salahnya terlibat dengan musuh. Pernyataan disampaikan setelah Iran memilih Presiden reformis Masoud Pezeshkian pada bulan Juni, yang berkampanye dengan janji untuk menegosiasikan kesepakatan baru dengan negara-negara besar dunia. Hal itu mirip dengan kesepakatan negara itu tahun 2015 yang ditarik Trump pada 2018.

Pengakuan Trump muncul saat Israel dan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.  Tekanan keduanya menyebabkan kekhawatiran akan konfrontasi militer karena Teheran memperkaya uranium pada tingkat yang mendekati tingkat senjata – kemurnian yang hanya dicari oleh negara-negara bersenjata atom.

"Saya telah menulis surat kepada mereka di dalamnya tertulis, 'Saya harap Anda akan bernegosiasi karena jika kita sampai harus masuk secara militer, itu akan menjadi hal yang mengerikan,'" kata Trump.

Dia kemudian menambahkan bahwa dia telah mengirim surat itu 'kemarin' dalam wawancara, yang difilmkan pada Kamis.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement