Senin 24 Feb 2025 12:51 WIB

Menang Pemilihan Parlemen, Pemimpin Konservatif Jerman Langsung 'Serang' Trump

Partai Demokrat Kristen mengalahkan Partai Sosial Demokrat yang raih suara terendah.

Suasana sidang di parlemen Jerman Bundestag di Berlin.
Foto: AP/Markus Schreiber
Suasana sidang di parlemen Jerman Bundestag di Berlin.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pada Ahad (23/2/2025) malam, pemimpin konservatif Frederich Merz mendeklarasikan kemenangan dalam pemilihan parlemen Jerman setelah Partai Demokrat Kristen (CDU/CSU) yang dipimpinnya memenangkan hampir 28,5 persen suara, mengamankan keunggulan yang jelas atas partai-partai lain. Kemenangan CDU/CSU menjadi kekalahan bersejarah bagi Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz, yang diproyeksikan akan menerima 16,3 persen, persentase suara terendah untuk partai kiri-tengah sejak 1949.

Beberapa jam setelah mengumumkan kemenangannya, Merz mengkritik tajam pemerintahan Donald Trump, dengan mengatakan bahwa prioritas utamanya adalah memperkuat Eropa dan mencapai kemerdekaan dari AS. Berbicara dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi, Merz menyampaikan kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap AS, terutama mengingat pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga

"Prioritas utama saya adalah memperkuat Eropa secepat mungkin sehingga kita dapat mencapai, selangkah demi selangkah, kemerdekaan sejati dari AS," kata Merz.

Merz menambahkan bahwa dia tidak pernah berpikir hingga baru-baru ini bahwa dia harus mengatakan sesuatu seperti ini di sebuah acara televisi. "Tetapi terutama setelah pernyataan Donald Trump pekan lalu, jelas bahwa orang Amerika -- setidaknya bagian Amerika ini, pemerintahan ini, sebagian besar tidak peduli dengan nasib Eropa," katanya.

Pemimpin Jerman itu juga menyatakan ketidakpastian tentang masa depan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjelang pertemuan puncaknya pada Juni. "Saya sangat ingin tahu bagaimana kita akan menuju pertemuan puncak NATO di akhir bulan Juni, apakah kita masih akan berbicara tentang NATO dalam bentuknya saat ini, atau apakah kita perlu membangun kemampuan pertahanan Eropa yang independen lebih cepat," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement