REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Pembicaraan penting mengenai Ukraina antara delegasi Amerika Serikat dan Rusia akan dimulai di Riyadh pada Selasa. Pembicaraan di negara lokasi tempat suci umat Islam ini, jika menghasilkan kesepakatan damai akan melegakan dunia dari ancaman Perang Dunia III akibat terkait serangan Rusia ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dilaporkan telah menuju ke ibukota Saudi untuk kunjungan pertamanya ke wilayah tersebut. Surat kabar Rusia Kommersant mengatakan bahwa pembicaraan mengenai Ukraina dengan partisipasi delegasi Rusia diperkirakan akan dimulai pada hari Selasa, yang dikonfirmasi oleh media AS Axios, mengutip para pejabat.
Axios mengutip dua pejabat yang mengatakan bahwa pertemuan mendatang akan diadakan di Riyadh pada Selasa antara pejabat Rusia dan Amerika untuk membahas kemungkinan kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina dan mempersiapkan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Situs web tersebut menyatakan, dengan mengutip para pejabat, bahwa delegasi Amerika akan mencakup Menteri Luar Negeri AS dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Walz dan utusan untuk wilayah tersebut, Steve Witkoff.
Rubio, yang berada di Israel pada Ahad sebelum menuju ke Arab Saudi, mengatakan AS mengambil pendekatan yang hati-hati saat menjalin hubungan kembali dengan Moskow setelah pemerintahan Biden menutup kontak dengan Kremlin setelah invasi Februari 2022.
Trump berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu dan kedua pemimpin sepakat untuk memulai pembicaraan tingkat tinggi untuk mengakhiri perang. Awalnya mereka diajukan secara dua arah, namun Trump kemudian menegaskan bahwa Ukraina akan mendapatkan kursi – meskipun ia tidak mengatakan pada tahap apa.
Belum jelas apakah ada warga Ukraina yang akan ambil bagian dalam perundingan di Riyadh mendatang. Delegasi Ukraina berada di Arab Saudi pada Ahad untuk membuka jalan bagi kemungkinan kunjungan Zelenskyy, menurut menteri ekonomi Ukraina.
Trump pada Ahad mengatakan dia yakin Putin sangat menginginkan kesepakatan, dan juga mencatat bahwa Rusia secara historis mengesankan di medan perang. “Saya pikir dia ingin berhenti berperang,” kata Trump. “Mereka memiliki mesin yang sangat kuat, Anda memahaminya. mereka mengalahkan Hitler dan mereka mengalahkan Napoleon. Mereka sudah lama menjalani perang.”
Serangan Rusia ke Ukraina pada 2022 berulang kali memicu kekhawatiran soal terpicunya Perang Dunia III. Perang itu dilatari ketakutan Rusia akan rangsekan NATO yang semakin dekat ke wilayahnya. Dalam perang itu Rusia didukung Iran dan Korea Utara yang mengirimkan ribuan pasukan tempur.
Dua bulan menjelang lengser, pada November tahun lalu Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan sistem rudal taktis jarak jauh ATACMS buatan AS untuk 'serangan terbatas' di dalam teritori Rusia. Perubahan besar dalam kebijakan Biden ini diputuskan menyusul pengerahan tentara Korea Utara untuk menyokong upaya perang Rusia.
Atas langkah itu, juru bicara Kremlin mengatakan bahwa amandemen Rusia terhadap doktrin nuklirnya telah dirancang tetapi belum diformalkan. "Ini sudah dirumuskan secara praktis. Ini akan diformalkan bila diperlukan," kata juru bicara Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita pemerintah TASS.
Kremlin menuduh pemerintahan Joe Biden ingin meningkatkan konflik di Ukraina dengan mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh untuk melakukan serangan di wilayah Rusia, dan bersumpah akan memberikan tanggapan yang “tepat dan nyata”. “Keputusan ini ceroboh, berbahaya, dan bertujuan untuk perubahan kualitatif, peningkatan kualitatif dalam tingkat keterlibatan Amerika Serikat.”
Namun sejak Trump menjabat, sikap AS ke Rusia melunak. Pemerintah AS terkini bahkan menyatakan Ukraina tak akan diterima sebagai anggota NATO. Ukraina juga tak bisa berharap mengembalikan wilayah yang direbut Rusia sejak aneksasi Krimea pada 2014.