Kamis 30 Jan 2025 18:02 WIB

Uni Eropa Sikapi Rencana Trump Caplok Greenland, 'Kita Harus Bersatu, Ini Situasi Serius'

Uni Eropa berkomitmen untuk melindungi integritas teritorial Denmark.

Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL – Ketegangan terus berlanjut antara Uni Eropa, Denmark, dan Amerika Serikat menyusul skenario pencaplokan Greenland. Usulan ini diinisiasi Presiden baru AS, Donald Trump. Menyikapi hal tersebut otoritas UE menyerukan semua anggotanya bersatu.

Kumpulan negara Eropa itu menilai, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Senin (27/1/2025), Presiden Trump dan kebijakannya transaksional dan bersifat divide et impera atau memecah-belah untuk menguasai.

Baca Juga

Diplomat utama UE Kaja Kallas mengatakan, ketika AS melakukan kebijakan luar negeri transaksional, Eropa perlu "lebih kuat ketika kita bersatu," katanya kepada wartawan.

Zsuzsanna Vegh, dari NGO German Marshall Fund of the United States, menambahkan bahwa Trump bermaksud melemahkan UE dan berurusan dengan negara-negara anggota UE secara bilateral.

"Jika para pemimpin negara Eropa bersaing untuk mendapatkan perhatian dari Pemerintahan Trump, hal itu akan berdampak negatif pada persatuan UE," kata Zsuzsanna Vegh kepada DW. "Dan dukungan Trump terhadap mereka yang skeptis terhadap Eropa dapat semakin melemahkan persatuan tersebut."

Merujuk pada pertemuan pada Selasa (28/1) dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, mengatakan bahwa Eropa sedang menghadapi situasi serius. "Ada perang di benua ini dan perubahan dalam realitas geopolitik. Pada saat seperti ini, persatuan sangatlah penting."

 

sumber : DW/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement