REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jakarta mencatat kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat Human Metapneumovirus (HMPV) telah ditemukan di wilayah Jakarta sejak 2022. Hingga 2024, setidaknya terdapat seratusan kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta.
Kepala Dinkes Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, berdasarkan data hasil pemeriksaan, kasus ISPA yang disebabkan HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Dari data Dinkes Provinsi Jakarta, angka kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
"HMPV merupakan salah satu dari banyak mikroorganisme atau agen penyebab penyakit ISPA, baik pada saluran napas atas maupun bawah yang ditemukan hampir sepanjang tahun," kata dia melalui keterangannya, Rabu (8/1/2025).
Hingga saat ini, sesuai data yang diperoleh Dinkes Provinsi Jakarta, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus pada 2022, 78 kasus hingga Oktober 2023, dan 100 kasus pada 2024. Artinya, setidaknya sudah ada 197 kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta sejak 2022.
"Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta," kata Ani.
Menurut dia, saat ini memang jumlah penderita ISPA dan pneumonia sedang meningkat sejak November 2024. Namun, hal itu dinilai sebuah kewajaran lantaran pola peningkatan kasus relatif berulang setiap tahun, di mana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun.
Ia menambahkan, HMPV juga bukanlah satu-satunya penyebab penyakit ISPA. Setidaknya, lanjut dia, ada 23 mikroorganisme atau agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti Virus Influenza tipe A dan tipe B, Adenovirus, Coronavirus, dan lainnya. Menurut dia, virus penyebab ISPA selain HMPV, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus, dan Respiratory Syncytial Virus.
Ani juga mengingatkan bahwa HMPV bukan merupakan virus baru dan sudah dikenal di dunia medis. Ia menyebutkan, HMPV telah ditemukan pada 2001. Artinya, HMPV bukanlah virus baru seperti Covid-19 yang pertama kali ditemukan pada 2020.
Karena itu, Ani mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi potensi penyebaran virus tersebut. Menurut dia, penularan virus itu dapat dihindari dengan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker ketika sakit.
“Kami mengimbau masyarakat tidak panik, namun tetap waspada. Walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, tapi pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya,” ujar Ani.
Gejala umum
Lihat postingan ini di Instagram