REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Smpat ekor ternak sapi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan mati mendadak dengan gejala diduga mirip penyakit mulut dan kuku (PMK). Kasus kematian mendadak ternak sapi ini dikonfirmasi perangkat Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, Moch Aziz Eko Febrianto, Kamis (2/1/2025).
"Iya, empat sapi milik warga kami dilaporkan mati mendadak dalam 10 hari terakhir dengan gejala yang mirip PMK. Selain itu, ada satu ekor sapi lagi dilaporkan sakit," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kecamatan dan mantri hewan. Namun, menurut dia, sampai sekarang belum ada tindak lanjut.
Eko menambahkan, empat sapi yang mati merupakan jenis Brahman dengan total kerugian mencapai puluhan juta rupiah. "Sapi-sapi yang mati langsung dikubur oleh pemiliknya,” ujarnya.
Dinas Peternakan Kabupaten Ponorogo belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini. Namun, berdasarkan data sebelumnya, wabah PMK di Ponorogo sempat terkendali setelah program vaksinasi massal dilakukan pada pertengahan tahun lalu.
Kasus terbaru ini memunculkan kembali kekhawatiran akan dampak ekonomi bagi peternak. Sebagai gambaran, seekor sapi Brahman dengan bobot lebih dari 500 kg bisa dihargai hingga Rp20 juta per ekor.
Peternak berharap agar pemerintah segera turun tangan untuk mencegah meluasnya wabah. “Kami hanya ingin sapi-sapi ini bisa diselamatkan,” ujar Kayun.
Sementara itu, laporan warga juga menyebutkan bahwa sejumlah peternak di desa lain mulai waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan secara mandiri, seperti membersihkan kandang secara rutin dan membatasi akses ke area ternak.
Sementara itu, Kayun (73), warga Dukuh Setutup, Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, mengungkapkan bahwa salah satu sapinya menunjukkan gejala PMK. "Sudah sepekan gejalanya seperti ini. Mulut dan hidung berlendir, tidak bisa berdiri, kukunya luka, dan tidak mau makan," katanya, Selasa.
Kayun menuturkan bahwa ia terpaksa mengobati sapinya secara mandiri dengan menyemprotkan antibiotik dan memberi pakan secara paksa.
"Saya punya dua ekor sapi, yang kena hanya satu. Sampai sekarang belum ada mantri hewan yang datang," ucapnya.