Rabu 27 Nov 2024 21:02 WIB

Hamas tidak Merasa Dikhianati Atas Keputusan Hizbullah Genjatan Senjata dengan Israel

Hamas menyambut baik genjatan senjata Hizbullah dan Israel

Kondisi lokasi yang terkena serangan udara Israel di desa Qana, Lebanon selatan, Rabu, 16 Oktober 2024.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Anggota kantor politik Hamas Basem Naim mengatakan pihaknya menyambut baik perjanjian gencatan senjata Hizbullah-Israel seraya menegaskan bahwa Hamas "tidak merasa dikhianati" atas keputusan Hizbullah.

"Bukan hanya Hizbullah yang membuat keputusan itu. Jika rakyat Lebanon memutuskan bahwa mencapai kesepakatan dengan Israel adalah demi kepentingan mereka, itu tidak masalah bagi kami, karena tujuan kami bukanlah agar Netanyahu menghancurkan Lebanon," katanya kepada surat kabar Italia Repubblica, Rabu (27/11/2024).

Baca Juga

Namun Naim mengatakan, "Kesepakatan apapun dengan Lebanon, Yaman atau Iran tidak akan menjamin keamanan di kawasan. Tidak akan ada perdamaian hingga masalah Palestina terselesaikan."

Sebelumnya pada Selasa malam, dengan muara mutlak, Kabinet Keamanan Israel menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memandang perlu gencatan senjata, seraya menambahkan bahwa Israel akan menanggapi setiap kemungkinan dimulainya kembali permusuhan.

Selain itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga mengumumkan pada Selasa bahwa Pemerintah Israel dan Lebanon telah menyetujui usulan gencatan senjata dari Washington, yang mencakup penarikan tentara Israel dari Lebanon dalam waktu 60 hari.

Berdasarkan rencana tersebut, angkatan bersenjata Lebanon akan menguasai Lebanon selatan, sedangkan Hizbullah akan merelokasi para pejuangnya ke utara Sungai Litani.

Sementara itu, sebuah komite internasional yang dipimpin Amerika Serikat akan dibentuk untuk memantau kepatuhan kedua pihak terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata tersebut.

BACA JUGA: Serangan Hizbullah Paling Besar Paksa Jutaan Warga Israel Sembunyi, Ini Kata Pakar Militer

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon yang ditengahi melalui upaya diplomatik AS dan Prancis mulai berlaku pada Rabu pukul 4 pagi waktu setempat (0200 GMT).

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Angkatan Bersenjata Lebanon akan dikerahkan ke Lebanon selatan dalam waktu 60 hari, dan selama waktu tersebut Israel akan secara bertahap menarik pasukannya yang tersisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement