REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah merosot hingga berada di level Rp15.700-an pada penutupan perdagangan Selasa (29/10/2024). Hal itu juga diikuti turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi 7606,600.
Pengamat menilai, kemerosotan rupiah disebabkan terdampak kondisi dinamika Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024 yang diprediksi mengunggulkan capres dari Partai Republik Donald Trump. Dikutip Bloomberg, rupiah melemah 46,50 poin atau 0,30 persen menuju level Rp 15.770,5 per dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, mata uang Garuda berada di level Rp 15.727 per dolar AS. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut, ketidakpastian atas hasil jajak pendapat tersebut akan menentukan peta politik AS selama empat tahun ke depan.
"Donald Trump dan Kamala Harris bersiap menghadapi pemilihan umum yang sengit, dengan pemungutan suara ditetapkan pada tanggal 5 November. Jajak pendapat dan pasar prediksi terkini menunjukkan Trump memperoleh sedikit dukungan atas Harris, meskipun analis masih memperkirakan persaingan yang lebih ketat," kata Ibrahim dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Ibrahim menyebut, dinamika yang terjadi di AS memberi pengaruh pada pergerakan mata uang, termasuk emerging marcet seperti Indonesia. Selain sentimen tersebut, sambung dia, ekspektasi sejumlah data AS memberi dampak pada rupiah. Seperti data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III 2024 yang akan dirilis pada Kamis.
"Data indeks harga PCE pengukur inflasi pilihan Fed dan data penggajian nonpertanian akan dirilis pada hari Jumat, dengan kedua data tersebut dirilis hanya beberapa minggu sebelum pertemuan Fed," ujar Ibrahim.
Menurut dia, sentimen eksternal lainnya yang memengaruhi rupiah adalah mengenai kondisi tensi geopolitik di Timur Tengah yang hingga kini masih terus memanas. Usai Israel melakukan penyerangan terhadap Iran yang tidak terlalu berdampak karena pertahanan Iran yang cukup solid, namun ketegangan tetap tinggi.
Pasalnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan pada Senin, negaranya akan menggunakan semua alat yang tersedia untuk menangapi serangan Israel pada akhir pekan ini. Karena itu, serangan balasan kemungkinan bisa terjadi.
"AS memperingatkan Iran di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang 'konsekuensi berat' jika melakukan tindakan agresif lebih lanjut terhadap Israel atau personel AS di Timur Tengah," ucap Esmaeil.
Sentimen dalam negeri
Sementara itu, Ibrahim mengungkapkan sentimen internal yang menyebabkan rupiah mengalami pelemahan. Di antaranya, berkaitan dengan Komisi XI DPR yang mengusulkan sembilan Rancangan Undang-undang (RUU) untuk masuk ke dalam daftar Program Legislasi Nasional atau Prolegnas 2025-2029.
"Termasuk RUU tentang Penghapusan Piutang Negara dan RUU tentang Keuangan Negara," ujar Ibrahim. Usulan tersebut terungkap dalam rapat Badan Legislasi (Baleg) DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (28/10/2024).
Dalam rapat tersebut, setiap alat kelengkapan dewan DPR mengusulkan usulan RUU yang ingin dimasukkan ke dalam Prolegnas 2025-2029, termasuk Komisi XI yang mengawasi soal pembangunan, keuangan, hingga moneter negara Dalam paparan tim ahli Baleg DPR, ditunjukkan Komisi XI mengusulkan satu RUU Carry Over dari DPR periode sebelumnya yaitu RUU tentang Pengadaan Barang dan Jasa Publik.
Prolegnas 2025-2029 harus ditetapkan paling lambat 18 November 2024. Oleh sebab itu, Baleg DPR punya waktu sekitar 20 hari untuk merumuskan dan menetapkan daftar RUU yang akan masuk Prolegnas 2025-2029.
Dengan berbagai sentimen, baik eksternal maupun internal yang memengaruhi rupiah. Ibrahim memprediksi Mata Uang Garuda akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu (30/10/2024). "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.760-Rp 15.870 per dolar AS," ucap Ibrahim.