REPUBLIKA.CO.ID, DOHA-Pakar militer Mayor Jenderal Fayez Al-Dweiri mengatakan bahwa pembunuhan komandan Brigade ke-401 IDF di Jalur Gaza utara mengindikasikan sifat perlawanan, dengan memuji kemampuan batalyon kamp Jabalia dari Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Al-Dweiri, sebagaimana dikutip dari Aljazeera, Senin (21/10/2024), ketika menganalisis adegan militer di Gaza, menjelaskan bahwa kematian sang jenderal sudah diperkirakan segera setelah dia mencapai pinggiran Jabalia, mengingat nilai peristiwa tersebut terletak pada pangkat yang menjadi target perlawanan.
Tentara penjajah mengumumkan bahwa komandan Brigade ke-401, Kolonel Ihsan Daqsa, terbunuh dan seorang perwira lainnya terluka parah dalam pertempuran di Jabalia. Brigade ke-401 merupakan bagian dari Divisi ke-162, yang merupakan brigade lapis baja.
Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kolonel Daqsa terbunuh dan seorang perwira lainnya terluka parah dalam sebuah pertempuran di dalam kamp Jabalia, setelah sebuah tank yang berisi bahan peledak ditumpangi berhasil diledakkan pejuang.
Wartawan Mohammed Khairi mengutip sumber-sumber Israel yang mengonfirmasi bahwa Daqsa terbunuh setelah dia keluar dari tanknya bersama perwira lainnya dan berjalan sejauh 20 meter ketika sebuah bom rakitan yang telah ditanam di daerah itu sebelumnya meledak
Pada Ahad, Brigade Al-Qassam menyiarkan rekaman para pejuangnya yang menargetkan kendaraan militer Israel dengan rudal IED dan rudal anti-tank, di samping bentrokan sengit dengan pasukan khusus Israel dalam jarak dekat.
Al-Duwairi percaya bahwa “tidak ada manusia biasa yang dapat melakukan pertempuran defensif seperti yang dilakukan oleh perlawanan saat ini di Jabalia, dengan segala kerumitan, penghancuran, dan pengungsiannya,” dan menekankan bahwa mereka telah melampaui dirinya sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, pakar militer tersebut mengatakan, “Pasukan khusus Amerika Serikat tidak dapat bertempur pada tingkat batalion kamp Jabalia Brigade al-Qassam.”
Al-Dweiri menjelaskan bahwa perlawanan saat ini bertempur di bawah tajuk “desentralisasi”, tidak seperti yang terjadi pada pertempuran darat sebelumnya, dan menyarankan agar batalyon Jabalia dibagi menjadi sel-sel kluster, masing-masing terdiri dari tiga hingga lima pejuang, yang komandannya memilih target berdasarkan data lapangan.
BACA JUGA: Dampak Fatal Serangan Rudal Iran ke Israel Terbongkar, Total Kerugiannya Fantastis
Komandan brigade datang ke daerah itu dengan sekelompok perwira di pilar operasi dan intelijen setelah operasi di Jabalia goyah 17 hari setelah dimulai, katanya.
Wakil komandan brigade kemungkinan besar akan dipilih untuk memimpin Brigade ke-401 “jika dia tidak terluka”, ujarnya, dan mencatat bahwa wakil komandan brigade sering kali mengetahui 85 persen dari kenyataan di lapangan.