REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Musim panen zaitun di Tepi Barat, masa-masa yang biasanya penuh suka cita, jadi sangat mencekam tahun ini. Terjadi serangan berulang kali dari penjajah dan pasukan Israel, termasuk serangan terhadap petani, menghalangi akses ke tanah mereka, serta membakar, menebang, dan mencuri pohon zaitun dan hasil panen.
Pasukan Israel pada Kamis (17/10/2024) menembak dan membunuh seorang wanita Palestina berusia 59 tahun saat dia memanen buah zaitun di sebelah timur Jenin, di Tepi Barat yang diduduki.
The Palestine Chronicle melansir, Perempuan bernama Hanan Abu Salameh itu ditembak dari belakang oleh pasukan penjajah Israel saat dia sedang memetik buah zaitun bersama keluarganya di daerah dekat tembok pemisah dan perluasan yang dibangun di atas tanah desa Faqqu'a.
Upaya untuk menyelamatkan Abu Salameh di fasilitas kesehatan terdekat gagal, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina. Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel “melepaskan banyak tembakan” ke arah para pemanen “tanpa peringatan sebelumnya” di dekat Tembok Pemisah di wilayah pendudukan.
Dengan lebih dari 12 juta pohon zaitun ditanam di 45 persen lahan pertanian Tepi Barat, panen zaitun merupakan salah satu sumber keberlanjutan ekonomi terbesar bagi ribuan keluarga Palestina. Menurut PBB, industri minyak zaitun menyokong mata pencaharian lebih dari 100.000 keluarga dan menyumbang seperempat pendapatan pertanian di wilayah pendudukan.
Pada hari yang sama dengan penembakan terhadap Hanan Abu Salameh, seorang petani terluka akibat serangan pemukim ilegal Israel saat dia sedang memanen buah zaitun di desa Yasouf, yang terletak di Provinsi Salfit, Tepi Barat.
PC CORRESPONDENT: A foreign activist was injured as a result of settlers’ assault on olive pickers in the village of Susieh, east of Hebron. pic.twitter.com/MaBOCuCioA
— The Palestine Chronicle (PalestineChron) October 18, 2024
Wael Abu Madi, ketua Dewan Desa Yasouf, melaporkan bahwa penjajah dari pemukiman kolonial Tappuah, di dekatnya, melemparkan batu ke arah petani di daerah Mashrafa sebelah barat desa. Serangan ini mengakibatkan petani Saif Suhail Khadr Hussein terluka dan kepalanya terkena batu. Abu Madi menjelaskan, penjajah aktif mengusir petani dan mencegah mereka memanen buah zaitun di berbagai wilayah desa.
Penjajah Israel juga menyerang petani Palestina pada Kamis sore ketika mereka sedang memanen buah zaitun di Lembah Ramin, yang terletak di sebelah timur Tulkarm di Tepi Barat. Pemukim ilegal memaksa mereka meninggalkan tanah mereka di bawah ancaman kekerasan.
Petani Manal Zidan mengatakan kepada WAFA bahwa salah satu penyerang, yang mengenakan pakaian militer dan bersenjata, menerobos masuk ke daerah tersebut dan mencegah mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Dia mencatat bahwa penjajah bersenjata membawa ternaknya ke ladang sebagai tindakan provokatif terhadap para petani.
Zidan menjelaskan, penjajah ini sebelumnya telah merampas sebagian tanah lembah dan mendirikan pos pemukiman tempat ia menggembalakan hewannya. Dia sering melecehkan petani saat mereka bekerja, dan memaksa mereka untuk mengosongkan area tersebut.
Sedangkan di Nablus, penjajah Israel menyerang petani Palestina ketika mereka sedang memetik buah zaitun di desa Madama, Rojib, dan Qusra. Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa para penjajah menyerang warga ketika mereka sedang mengolah tanah dan memetik buah zaitun di desa Rojib, menyemprot mereka dengan gas merica, dan memaksa mereka pergi.
Seorang penjajah Israel juga menyerang seorang warga saat ia sedang memetik buah zaitun di desa Madama, menghalanginya menyelesaikan pekerjaannya, dan memaksanya meninggalkan tanahnya. Di Qusra, penjajah selanjutnya memaksa warga untuk meninggalkan ladang zaitun, dan menyita kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah zaitun setelah panen.
Pasukan penjajah Israel pada Jumat kembali menyerang para petani yang memetik buah zaitun di desa Salem, sebelah timur Nablus. Mereka mengatakan bahwa pasukan pendudukan menembakkan tabung gas air mata ke arah para petani ketika petani sedang memetik buah zaitun di desa, menyebabkan beberapa petani sesak napas karena menghirup gas air mata yang berlebihan dan membakar sebidang kebun zaitun. Para petani akhirnya berhasil memadamkan api.