REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Direktur Urusan Agama Katolik Kementerian Agama (Kemenag) RI Dr Aloma Sarumaha mengatakan, penyuluh agama merupakan penggerak moral dan fasilitator gereja.
"Sehingga peningkatan kompetensi penyuluh agama Katolik di Sulawesi Utara sangat penting dalam membangun moral generasi muda di era globalisasi," kata Aloma saat memberikan arahan kepada Penyuluh Agama Katolik di Manado, Senin.
Dia menjelaskan, kondisi dan tantangan global yang dihadapi saat ini sangat kompleks, mulai dari perkembangan teknologi, urbanisasi, hingga perubahan iklim.
Ia menekankan bahwa penyuluh agama Katolik memiliki peran strategis untuk menjadi fasilitator dalam menjaga moralitas dan kerukunan hidup di tengah disrupsi sosial dan ekonomi global.
"Penyuluh harus mampu menjadi penggerak yang mengedepankan nilai-nilai agama sebagai dasar pembangunan masyarakat," ujar Dr Aloma.
Kegiatan peningkatan kualitas penyuluh ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah dan gereja dalam membangun bonum commune atau kebaikan bersama.
Pemerintah dan gereja bersama-sama bekerja untuk menciptakan harmoni sosial, katanya, di mana data dan informasi digunakan untuk meningkatkan kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat.
"Kerja sama, kolaborasi, dan transparansi masih menjadi instrumen positif untuk mewujudkan tujuan bersama," tambah Aloma.
Sementara Richard Lumi, salah satu penyuluh agama Katolik dari Kota Manado, mengungkapkan bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dan penting untuk memperkuat peran penyuluh sebagai penggerak dan fasilitator gereja.
"Kami harus mampu menjadi jembatan yang kuat dan fleksibel dalam mendampingi umat, sehingga nilai-nilai agama dapat terus hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman," ujarnya.
Pembimbing Masyarakat Katolik Kemenag Sulut Joula Makarawung memberikan pembinaan dan penguatan kepada penyuluh agama Katolik sekaligus memberikan ucapan terima kasih kepada Direktur Urusan Agama Katolik Kemenag RI, para narasumber, peserta kegiatan dan panitia yang sudah menyukseskan kegiatan ini.
Para peserta mendapatkan pembinaan dan penguatan materi mengenai peran penyuluh sebagai fasilitator gereja, dengan fokus pada pengembangan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Mereka juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi mengenai tantangan dan solusi dalam pelaksanaan tugas mereka sehari-hari.
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kompetensi para penyuluh agama Katolik di Sulawesi Utara, sehingga mereka dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya.
Dengan peningkatan kompetensi ini, para penyuluh diharapkan dapat menghadapi tantangan global dan tetap menjadi pilar yang kokoh dalam memelihara nilai-nilai agama dan moralitas di tengah masyarakat yang semakin kompleks.