Jumat 11 Oct 2024 19:15 WIB

Demplot Jagung Ubah Tihuana Jadi Desa Berkembang dan Masyarakatnya Kini Berdaya

Cara ini menaikkan status Tihuana dari Desa Tertinggal menjadi Desa Berkembang.

Demplot berhasil menaikkan status Tihuana dari Desa Tertinggal pada 2021 menjadi Desa Berkembang di 2023, dan menargetkan status Desa Maju pada 2025.
Foto: Dok Ist
Demplot berhasil menaikkan status Tihuana dari Desa Tertinggal pada 2021 menjadi Desa Berkembang di 2023, dan menargetkan status Desa Maju pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, MALUKU TENGAH – Lahan percontohan (Demplot) komoditas jagung berhasil mengubah wajah Desa Tihuana, Kecamatan Seram Utara Timur Seti, Maluku Tengah. Demplot berhasil menaikkan status Tihuana dari Desa Tertinggal pada 2021 menjadi Desa Berkembang di 2023, dan menargetkan status Desa Maju pada 2025.

Perubahan ini diawali oleh keberhasilan Desa Tihuana menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kampung (P3EK) yang melibatkan masyarakat Tihuana bersama fasilitator desa untuk memetakan potensi ekonomi, sumber daya, dan permasalahan desa. Demplot ini diinisiasi Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad).

Baca Juga

“Kami berupaya agar seluruh suara dan aspirasi warga dapat terakomodasi, sehingga program yang disusun benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” ujar Jumiyati, Kepala Pemerintah Negeri Tihuana, Jumat (11/10/2024).

Salah satu program yang dihasilkan dari musyawarah ini, kata Jumiyati, adalah pengembangan demplot jagung sebagai komoditas unggulan yang dilaksanakan di 11 titik demplot yang tersebar di Desa Tihuana. Program Demplot juga memprioritaskan keterlibatan kelompok masyarakat yang belum pernah terlibat dalam kegiatan pemberdayaan, perempuan kepala keluarga, keluarga miskin, difabel, dan keluarga dengan anak stunting.

“Langkah ini diambil agar keberhasilan program dapat dirasakan oleh kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan,” katanya.

Tidak hanya jagung, kata Jumiyati, Desa Tihuana juga mulai mengembangkan komoditas hortikultura seperti semangka dan brokoli. Pada periode Maret hingga Juni 2024, kelompok tani di Desa Tihuana berhasil memanen 4,25 ton semangka dengan pendapatan sebesar Rp 12.750.000, serta 234 kg brokoli yang menghasilkan pendapatan Rp 6.552.000.

“Dengan hasil ini, kami semakin optimis untuk terus mengembangkan komoditas lain dan memperluas lahan pertanian agar dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat semakin besar,” ujarnya.

Kehadiran Program Tekad, kata Jumiyati, tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga memacu desa Tihuana untuk membangun kelembagaan ekonomi yang lebih kuat. Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sumber Mulya, yang berperan sebagai offtaker, kini merencanakan pembelian mobil pick-up pada tahun 2024 untuk memudahkan proses distribusi hasil panen ke kota-kota lain seperti Bula dan Masohi.

“Langkah ini bertujuan untuk memperluas pasar dan meningkatkan skala produksi yang lebih besar,” katanya.

Jumiyati mengatakan, dengan berbagai langkah strategis ini, Tihuana menjadi contoh nyata bagaimana transformasi ekonomi dapat terjadi di desa-desa tertinggal. Peningkatan partisipasi masyarakat, pengelolaan potensi lokal, dan penguatan kelembagaan desa telah menjadi kunci perubahan yang berkelanjutan.

“Kami berharap, pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Maluku Tengah,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Ilham Tauda mengatakan, hasil dari demplot jagung pun sangat menggembirakan. Pada panen pertama, hasil produksi jagung Negeri Tihuana dijual ke Kota Ambon untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak di sana. Selama ini, pengusaha di Kota Ambon harus mendatangkan pakan ternak dari Makassar dengan harga yang relatif tinggi.

“Kini, dengan produksi jagung lokal dari Negeri Tihuana, biaya logistik dapat ditekan, dan pada saat yang sama, pendapatan petani di sini juga meningkat,” katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement