Jumat 11 Oct 2024 13:36 WIB

Ini Tiga Kontroversi Wasit Ahmed Al-Kaf yang Dinilai Gagalkan Kemenangan Indonesia

Indonesia sejatinya bisa menang seandainya wasit tepat waktu meniup peluit.

Wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia.
Foto: tangkapan layar
Wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemenangan pertama timnas Indonesia yang sudah di depan mata pada laga ketiga putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C melawan Bahrain sirna setelah diwarnai drama kontroversial wasit yang memimpin pertandingan, Ahmed Abu Bakar Said Al-Kaf.

Pada pertandingan yang dimainkan di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, Kamis itu, melalui gol Ragnar Oratmangoen (45+3') dan Rafael Struick (73'), Indonesia membalikkan keadaan menjadi 2-1 setelah sempat tertinggal lebih dulu berkat gol tendangan bebas Mohamed Marhoon (15').

Baca Juga

Skor 2-1 untuk kemenangan Indonesia sudah hampir didapatkan. Namun, kemenangan itu buyar setelah Bahrain mampu menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir laga (90+9') melalui gol kedua Marhoon.

Gol Marhoon diwarnai oleh keputusan kontroversial Al-Kaf. Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong bahkan sampai marah dan memberikan kritik pedas kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) atas keputusan wasit asal Oman tersebut yang ia nilai "bias" pada jumpa pers pascalaga.

Shin mengatakan jika AFC ingin sepak bola Asia maju, maka kualitas wasitnya juga harus ditingkatkan. Atas kejadian ini, PSSI akan mengirimkan surat protes kepada FIFA terkait kepemimpinan wasit Al-Kaf yang memimpin pertandingan.

Berikut tiga keputusan kontroversial wasit yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia dilansir kantor berita Antara

Tambahan waktu

Kemenangan Indonesia buyar setelah tambahan waktu babak kedua yang diberikan wasit keempat yang juga berasal dari Oman, Qasim Al-Hatmi yang tertera enam menit, tak kunjung diselesaikan oleh Al-Kaf tepat waktu.

Tambahan waktu ini sebenarnya juga sedikit berbau kontroversial karena selama babak kedua, tak ada momen yang membuat laga terhenti, kecuali selebrasi gol kedua Indonesia yang dicetak oleh Rafael Struick pada menit ke-73.

Namun, kenyataannya, tambahan waktu yang diberikan nyaris sama seperti yang terjadi di babak pertama. Di babak pertama, wasit memberikan tambahan waktu selama tujuh menit.

Tambahan waktu itu dinilai wajar karena pertandingan beberapa kali terhenti, mulai dari momen perawatan kepala yang melibatkan Malik Risaldi dan Waleed Al-Hayam dan juga selebrasi gol pertama untuk Bahrain.

Al-Kaf kemudian memberikan ekstra tambahan waktu selama lebih dari tiga menit tanpa ada alasan yang jelas karena tak ada kejadian-kejadian penting yang terjadi selama tambahan waktu.

Alhasil, Bahrain mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-90+9 melalui gol kedua Mohamed Marhoon yang memanfaatkan skema sepak pojok.

Gol itu disambut dengan emosi bahagia dari seluruh pemain, ofisial, dan suporter tuan rumah. Di sisi lain, gol dari Marhoon itu membuat laga berlangsung panas. Pemain hingga ofisial tim Indonesia protes kepada Al-Kaf karena tidak puas dengan keputusannya yang memberikan ekstra tambahan waktu tanpa alasan yang jelas.

Pemain cadangan, Shayne Pattynama sampai harus ditenangkan staf pelatih, sedangkan manajer timnas Indonesia Sumardji sampai diganjar kartu merah oleh wasit asal Oman tersebut.

Padahal, seharusnya laga setidaknya sudah selesai ketika Jay Idzes melakukan blok pada tendangan pemain Bahrain yang diikuti oleh sapuan Eliano Reijnders pada menit ke-90+7.

Wasit juga dapat meniupkan peluit panjangnya setelah momen tersebut, tepatnya ketika serangan balik cepat yang dipimpin Witan Sulaeman gagal.

Namun, wasit 41 tahun itu tetap pada pendiriannya. Ia kemudian baru meniupkan peluit panjangnya setelah pemain Indonesia melakukan kick-off, selepas Bahrain menyamakan kedudukan, tepatnya pada menit ke-90+11.

Mudah beri pelanggaran untuk Indonesia

Selama lebih dari 100 menit kepemimpinannya pada laga antara Bahrain melawan Indonesia, wasit Al-Kaf juga sangat mudah memberikan keputusan berat sebelah yang banyak merugikan Indonesia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement