Rabu 09 Oct 2024 13:39 WIB

Gandeng PKK, UM Bandung Dorong Gerakan Mengompos Sampah Organik

Gerakan mengompos penting dilakukan untuk mengurangi volume sampah rumah tangga.

Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Bandung mengadakan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga di Bandung, Jabar.
Foto: dok ist
Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Bandung mengadakan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga di Bandung, Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung berupaya meningkatkan kepedulian dan partisipasi warga dalam mengelola sampah organik rumah tangga secara mandiri. Hal itu dilakukan melalui Program Pengabdian Masyarakat Pemula Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) 2024.

Kali ini, UM Bandung bermitra dengan kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RW 05 Cipadung Kidul Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat. Tim pengabdian dari kampus Muhammadiyah itu memberikan pelatihan "training of trainer" (ToT) kepada ibu-ibu PKK tersebut dalam mengompos sampah organik.

Baca Juga

Harapannya, seluruh kader PKK yang sudah mengikuti ToT ini dapat mengajak warga sekitarnya untuk ikut mengompos sampah organik di rumah. Harapannya, volume sampah rumah tangga dapat berkurang signifikan dari sumbernya.

Kegiatan ToT ini dilaksanakan pada 6 Juli 2024 di kampus UM Bandung. Sebanyak 16 orang peserta dari pengurus PKK RW 05 turut hadir.

Selepas pelatihan, para peserta itu melakukan praktik mengompos di rumah. Tim pengabdian turut mendampingi mereka, termasuk dengan memantau via grup WhatsApp.

"Selanjutnya, tiap peserta menyampaikan perkembangan dan kendala yang mereka alami dalam mengompos sampah. Tim kemudian memberikan solusi yang relevan," demikian keterangan Pengabdian Masyarakat UM Bandung yang diterima Republika, Rabu (9/10/2024).

Setelah berhasil mengompos mandiri, mitra PKK RW 05 memberikan pelatihan kepada warga sekitar untuk dapat mengompos di rumah. Semakin banyak warga yang terlibat, program ini pun kian berkelanjutan walaupun program pengabdian UM Bandung telah selesai.

Ada dua pendekatan yang diterapkan tim pengabdian UM Bandung, yaitu teknologi dan media. Dosen dan para mahasiswa yang ikut dalam program ini menggunakan teknik mengompos dengan OCTACO dan alat INPOS.

Octaco memanfaatkan keranjang bulat yang dilapisi kardus sehingga membentuk ruang segi delapan yang lebih leluasa digunakan. Ia juga memakai sabut kelapa dan pupuk bekas magot (kasgot) sebagai pemantik (starter) pengomposan. Kasgot mengandung unsur hara dan kaya akan mikroba sehingga dapat mempercepat proses pengomposan.

Adapun inpos merupakan alat pengomposan inovasi Prodi Bioteknologi UM Bandung. Ini menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat. Di ujung penyelenggaraan program ini, tim pengabdian UM Bandung menyerahkan sebanyak 36 kit kompos Octaco dan satu unit alat Inpos kepada mitra.

Adapun pendekatan media dilakukan dengan pembuatan video tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga serta cara mengelola sampah dari rumah. Video tersebut dapat disimak melalui saluran (channel) YouTube. Tim pengabdian juga membuat media cetak, yakni berupa poster yang menampilkan panduan pengelolaan sampah rumah tangga dan teknik mengompos dengan Octaco.

Program ini menunjukkan tercapainya target. Sebanyak 100 persen peserta ToT berhasil mengompos secara mandiri dan siap menjadi pelatih mengompos bagi warga sekitar.

Dengan program pengabdian ini diharapkan RW 05 dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah organik rumah tangga. Keberlanjutannya dapat dicontoh masyarakat wilayah luar Cipadung Kidul Panyileukan atau Kota Bandung.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) rumah tangga menjadi sumber terbesar penghasil sampah pada 2023. Khusus Provinsi Jawa Barat, sebanyak 70,15 persen sampah berasal dari rumah tangga.

Komposisi sampah mayoritas adalah sampah sisa makanan (41.56%). Sampah rumah tangga yang tercampur dan tidak terkelola membuat permasalahan sampah semakin pelik karena menimbulkan bau, panas, sumber penyakit, dan sampah sulit untuk diolah.

photo
INFOGRAFIS Octaco - (dok ist)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement