REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Asisten Profesor Psikologi di Universitas Shahid Motahari di Iran mengkritik media massa barat karena menutupi kejahatan Israel, dengan menyatakan bahwa orang-orang tidak boleh bersikap pasif terhadap narasi perang yang menakutkan.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita MEHR News Agency pada Selasa (8/10/2024), Mehrnesa Shahabi mengungkapkan kekhawatirannya tentang kecemasan sosial terkait bagaimana serangan Iran terhadap Israel digambarkan di media barat.
"Saat ini, media global, yang sebagian besar dipengaruhi oleh rezim Zionis dan Amerika Serikat, bertujuan untuk menciptakan keraguan dan kecemasan di antara orang-orang di Iran," kata Mehrnesa Shahabi, dikutip dari laman MEHR News Agency, Selasa (8/10)
Mehrnesa Shahabi menekankan dampak psikologis dari operasi media massa, khususnya narasi Israel tentang ketakutan akan perang dan kemungkinan tanggapan yang keras dan tidak dapat diperbaiki dari rezim Zionis.
Mengacu pada perlunya psikolog untuk menghadapi dampak psikologis media barat, ia menekankan pentingnya psikolog mengambil peran aktif dalam memberikan narasi langsung, misalnya, bagaimana menjelaskan masalah-masalah negara tersebut.
Ia juga menyebutkan bahwa memberikan penjelasan dan menganalisis kepribadian orang-orang di Gaza dan Lebanon dapat membantu meredakan ketakutan dan kecemasan.
"Ketika media asing (Barat) menggambarkan tindakan Israel sebagai hal yang wajar dan menggambarkan mereka sebagai pihak yang tertindas, hal itu dapat meningkatkan ketakutan dan kecemasan di antara masyarakat," katanya.
BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel
Shahabi menambahkan, media asing sering menggunakan retorika yang menggambarkan semua tindakan Iran sebagai hal yang negatif dan agresif, melabeli mereka sebagai teroris.
"Kita seharusnya tidak membiarkan orang menjadi pasif dan takut karena narasi perang yang menakutkan. Sebaliknya, kita harus mengadopsi mentalitas jihad dan pertahanan untuk secara aktif mengatasi perasaan lemah," ujar Shahabi.
Setelah Iran...