REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengumumkan Israel telah membunuh 146 orang dokter dari berbagai spesialisasi di wilayah kantong Palestina itu sejak militer Zionis menggelar kampanye genosidanya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar obat-obatan dan persediaan medis pun telah habis di tengah genosida militer Israel itu.
Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (6/10/2024) yang menandai satu tahun genosida Israel, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengatakan bahwa 83 persen pasokan medis dan 60 persen obat-obatan tidak tersedia di rumah sakit dan pusat kesehatan. Selain itu, ada 25 ribu pasien dan orang terluka yang membutuhkan perawatan di luar wilayah yang dikepung.
Sejak Perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, Israel telah memutus pasokan listrik ke Gaza dan mencegah masuknya bahan bakar untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik di sana. Tak sampai di situ, otoritas Israel juga menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, dan pasokan medis, serta menutup perlintasan.
Sejak terjadinya genosida, Israel telah mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar, sehingga hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan untuk organisasi internasional yang tidak memenuhi kebutuhan penduduk.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Hampir 41.900 warga Palestina syahid, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 97.100 lainnya terluka, kata otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel membuat hampir seluruh penduduk di wilayah kantong Palestina tersebut mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas aksinya di Gaza.