Selasa 01 Oct 2024 09:04 WIB

Profil Pahlawan Revolusi, R Suprapto

Letjen TNI (Anumerta) R Soeprapto ikut menumpas Pemberontakan PKI 1948 di Madiun.

Letjen (Anumerta) R Soeprapto, seorang pahlawan revolusi.
Foto: dok kemendikbud
Letjen (Anumerta) R Soeprapto, seorang pahlawan revolusi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang pahlawan revolusi, yakni mereka yang gugur dalam pemberontaan G30S/PKI, adalah Letnan Jenderal Raden Suprapto. Perwira militer ini lahir di Purwokerto (Jawa Tengah), pada 20 Juni 1920. Putra pasangan Raden Pusposeno dan Raden Ajeng Alimah ini tumbuh di keluarga yang religius.

Seperti dilansir laman resmi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), R Suprapto mulai tertarik pada dunia militer saat menempuh pendidikan menengah. Usai menyelesaikan studi di AMS (selevel SMA kini), ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijk Militaire Akademie (KMA) di Bandung (Jawa Barat).

Baca Juga

Namun, belum sempat menyelesaikan pendidikannya, balatentara Jepang berhasil menduduki Indonesia. Suprapto ikut ditangkap dan ditawan Dai Nippon karena menjadi bagian dari taruna Akademi Militer Belanda.

Tidak lama ditawan Jepang, Suprapto berhasil melarikan diri dari penjara dan kembali ke Purwokerto. Selanjutnya,ia mengikuti kursus Cuo Seinen Kunrensyo (Pusat Latihan Pemuda) dan bekerja di kantor pendidikan masyarakat desa Banyumas.

Dalam masa ini, ia bertemu dengan Sudirman, yang kelak akan menjadi Panglima Besar TNI. Selama pendudukan Jepang, Suprapto aktif mengikuti pelatihan-pelatihan kepemudaan yang semi militer, seperti Keibodan, Seinendan, dan Suisyintai.

Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, Suprapto bergabung dengan gerakan pemuda di Cilacap untuk merebut gedung-gedung dan persenjataan yang dikuasai pasukan Jepang. Ketika Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, ia pun bergabung di dalamnya. Jabatan pertamanya adalah kepala Bagian II Divisi V TKR Purwokerto dengan pangkat kapten.

Kapten Suprapto ikut mendamping Komandan Divisi V, Kolonel Sudirman, dalam peristiwa Palagan Ambarawa pada Desember 1945. Dengan keberhasilan serangan di Ambarawa, Pak Dirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR.

Selanjutnya, Kapten Suprapto diangkat menjadi ajudan Jenderal Sudirman. Ia lalu menikah dengan seorang gadis asal Cilacap, Julie Suparti.

Pada 1948, Suprapto diangkat menjadi kepala bagian II Markas Besar Komando Djawa (MBKD), yang saat itu diketuai Kolonel Abdul Haris Nasution. Ketika Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pecah di Madiun, ia pun turut dalam operasi penumpasan kup tersebut.

photo
Para pengunjung melihat patung yang menggambarkan kekejaman PKI yang beraksi dalam geger Madiun 1948. Monumen di Kresek ini menjadi pengingat akan peristiwa historis yang kelam itu. - (DOK ANTARA Siswowidodo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement