REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD - Faksi-faksi perlawanan Irak kembali menjadi sorotan sebagai salah satu pilar poros perlawanan di wilayah tersebut, setelah Israel membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah dalam sebuah serangan intensif yang menargetkan markas besar partai tersebut di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, setahun setelah ia memimpin front dukungan untuk Gaza di bawah slogan “Kesatuan Medan”.
Pada hari Ahad (29/9/2024), faksi-faksi Irak mengumumkan bahwa mereka telah menargetkan sebuah “target vital” di kota pelabuhan Eilat di Israel selatan dengan pesawat tanpa awak.
“Perlawanan Islam di Irak” mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa mereka mengebom ‘target vital di Umm al-Rashrash (Eilat) di wilayah pendudukan kami, dengan menggunakan pesawat tak berawak,’ dan bersumpah untuk terus menghantam kubu-kubu yang mereka gambarkan sebagai musuh dengan kecepatan yang meningkat.
“Perlawanan Islam di Irak” mencakup faksi-faksi, terutama Brigade Hizbullah Irak, Brigade al-Nujaba dan Sayyid al-Shuhada, yang ketiganya menjadi target sanksi Amerika Serikat.
Laman media sosial mengedarkan sebuah postingan yang berbicara tentang pertemuan para pemimpin faksi-faksi Irak untuk mempelajari tanggapan terhadap pembunuhan sekretaris jenderal Hizbullah, dan menekankan bahwa beberapa jam mendatang mungkin akan menentukan.
Ini tidak akan berlalu
Pembunuhan Hassan Nasrallah tidak akan luput dari pemikiran dan mentalitas faksi-faksi perlawanan Irak, dan mereka akan terus menghadapi proyek-proyek dan serangan-serangan “entitas Zionis”, menurut pakar strategi Mohammed Al-Faisal.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera Net, al-Faisal mengatakan, “Hingga saat ini, reaksi faksi-faksi perlawanan Irak belum jelas, dan kami percaya bahwa peristiwa ini tidak akan luput dari perhatian.” “Ada pembacaan yang cermat atas pembunuhan ini dan respon yang cermat,” katanya.
Meskipun Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa mungkin memiliki kepentingan yang bertentangan dengan serangan Israel, al-Faisal percaya bahwa Washington tidak tertarik untuk terlibat konflik langsung dengan Iran, menekankan bahwa ada keyakinan di antara para pemimpin faksi Irak bahwa Amerika Serikat adalah mitra utama dan pendukung serangan-serangan ini.