Senin 23 Sep 2024 15:56 WIB

Janjikan Perubahan, Pemimpin Marxis Dissanayake Menangi Pilpres Sri Lanka

Dissanayake punya tugas berat untuk memulihkan ekonomi Sri Lanka yang terpukul hebat.

 Anura Kumara Dissanayake
Foto: AP
Anura Kumara Dissanayake

REPUBLIKA.CO.ID, Rakyat Sri Lanka memilih Anura Kumara Dissanayake yang berhaluan Marxis sebagai presiden baru pada Ahad. Warga menaruh kepercayaan pada janjinya untuk memerangi korupsi dan memperkuat pemulihan ekonomi yang rapuh setelah krisis keuangan terburuk di negara Asia Selatan tersebut dalam beberapa dekade.

Dissanayake, 55 tahun, yang tidak memiliki garis keturunan politik seperti beberapa pesaingnya dalam pemilihan presiden, memimpin dari awal hingga akhir selama penghitungan suara. Ia mengalahkan Presiden pejawat Ranil Wickremesinghe dan pemimpin oposisi Sajith Premadasa.

Baca Juga

“Kami yakin bahwa kami dapat mengubah negara ini, kami dapat membangun pemerintahan yang stabil … dan terus maju. Bagi saya ini bukan sebuah posisi, ini adalah sebuah tanggung jawab,” kata Dissanayake kepada wartawan setelah kemenangannya yang dikonfirmasi setelah penghitungan suara kedua.

Pemilihan tersebut merupakan referendum bagi Wickremesinghe, yang memimpin pemulihan ekonomi rapuh di negara yang terlilit utang besar dari kehancuran ekonomi. Langkah-langkah penghematan yang menjadi kunci pemulihan ini membuat marah para pemilih. Ia berada di posisi ketiga dengan 17 persen suara.

“Bapak Presiden, di sini saya serahkan kepada Anda dengan penuh cinta, anak terkasih bernama Sri Lanka, yang sangat kita cintai,” kata Wickremesinghe, 75 tahun, dalam sebuah pernyataan yang mengakui kekalahannya dilansir dari laman CNN. 

Dissanayake memperoleh 5,6 juta atau 42,3% suara, peningkatan besar dari 3% yang ia peroleh dalam pemilihan presiden terakhir tahun 2019. Premadasa berada di posisi kedua dengan 32,8%.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah negara kepulauan di Samudra Hindia itu bahwa pemilihan presiden diputuskan oleh penghitungan suara kedua setelah dua kandidat teratas gagal memenangkan 50 persen suara wajib untuk dinyatakan sebagai pemenang.

Di bawah sistem pemilihan, pemilih memberikan tiga suara istimewa untuk kandidat pilihan mereka. Jika tidak ada kandidat yang memenangkan 50 persen suara pada penghitungan pertama, penghitungan kedua menentukan pemenang antara dua kandidat teratas..

Menurut komisi pemilihan umum, sekitar 75% dari 17 juta pemilih yang memenuhi syarat memberikan suara mereka.

Ini adalah pemilihan umum pertama negara itu sejak ekonominya terpuruk pada tahun 2022 akibat kekurangan devisa yang parah, sehingga tidak mampu membayar impor kebutuhan pokok termasuk bahan bakar, obat-obatan, dan gas untuk memasak. Protes memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa saat itu untuk melarikan diri dan kemudian mengundurkan diri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement