Senin 23 Sep 2024 14:30 WIB

Bungkam atas Genosida di Gaza, Media-Media Barat Dikecam Kolombia

Kolombia mengutuk Israel yang menutup kantor berita Al Jazeera di Palestina.

 Presiden Kolombia, Gustavo Petro.
Foto: AP/Fernando Vergara
Presiden Kolombia, Gustavo Petro.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam bungkamnya berbagai media di Amerika dan Eropa terhadap kekejian Israel di Jalur Gaza, Palestina. Ia menegaskan, genosida yang dilancarkan militer zionis dengan menarget rakyat Gaza adalah kejahatan yang tidak dapat dibenarkan.

"Siapa pun yang membela genosida ini atau tetap bungkam dalam menghadapinya telah menghancurkan kondisi kemanusiaan mereka sendiri," kata Petro di akun X miliknyapada Ahad (22/9/2024).

Baca Juga

"Tampaknya (menteri propaganda Jerman Nazi Joseph) Goebbels adalah orang yang mengarahkan komunikasi dunia sehingga puluhan ribu jurnalis bungkam dalam menghadapi rekan-rekan mereka yang terbunuh dan 20 ribu bayi yang dicabik-cabik oleh bom (Israel)," tambahnya.

Dia juga mengecam penyerbuan tentara Israel (IDF) terhadap kantor berita jaringan televisi Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki, pada dini hari kemarin. Pihak IDF memerintahkan kantor tersebut ditutup selama 45 hari.

Komentar Kepala Negara Kolombia itu muncul sehari usai Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Memantau dan Memerangi Anti-Semitisme, Deborah Lipstadt, mempertanyakan kritik Petro terhadap serangan militer Israel di Jalur Gaza.

"Retorika Presiden Gustavo Petro yang terus berlanjut menormalkan anti-semitisme, kita tidak dapat menerimanya. Kita tidak dapat menoleransinya. Kita harus mengutuk narasi yang merugikan ini," kata profesor sejarah Yahudi Emory University itu, dalam sebuah pesan yang dirilis via akun media sosial Kedutaan Besar AS di Bogota.

Petro pun menanggapi Lipstadt di akun X miliknya.

"Ibu Duta Besar, orang Palestina adalah orang Semit .... Membunuh anak-anak dengan menjatuhkan bom di Gaza dan tidak menentangnya adalah tindakan anti-Semit. Hal yang paling anti-Semit saat ini adalah mengulang holokaus Hitler terhadap kemanusiaan dan khususnya terhadap rakyat Palestina," tulis Petro.

"Saya bukan anti-Yahudi. Saya percaya pada kebebasan beragama, dan jika saya lahir di era itu (Jerman Nazi), saya akan menyerahkan hidup saya dalam perlawanan bersenjata melawan Nazi," paparnya.

"Namun, saya percaya pada kebebasan yang dihasilkan oleh hukum internasional, kebebasan yang dibangun setelah Hitler dikalahkan oleh Amerika dan Soviet dan oleh semua orang di dunia: kemanusiaan," tegas Petro lagi.

Israel telah melancarkan operasi militer di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan pada 7 Oktober 2023 oleh kelompok Palestina Hamas. Hingga kini, lebih dari 41.400 warga Palestina telah terbunuh sejak IDF memulai aksinya. Selain itu, mayoritas dari 2,3 juta penduduk setempat telah mengungsi.

Genosida yang tak kunjung henti ini juga menyebabkan banyak warga sipil Palestina, termasuk kaum ibu, anak-anak, dan bayi, yang kelaparan. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement