Rabu 18 Sep 2024 14:31 WIB

Pembelajaran Lebih Interaktif dan Menyenangkan, Guru SLB Manfaatkan Teknologi Digital

Guru harus mau mengikuti perkembangan dengan manfaatkan teknologi digital.

Komitmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong transformasi digital selama beberapa tahun belakangan telah mengubah cara pandang ekosistem pendidikan terkait pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Foto:

Kreasi Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Murid SLB

Pemanfaatan teknologi digital sebagai metode pembelajaran bagi murid-murid SLB memang sedikit berbeda. Tapi bagi Darma keberbedaan tersebut tidak menjadi persoalan. Ia pun merasa tanggung jawab sebagai guru adalah bisa melihat kemampuan dan memahami potensi masing-masing murid. Pelatihan-pelatihan penggunaan teknologi dirasa Darma cukup untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Namun bukan berarti tanpa tantangan.

Darma mengajar di sekolah yang murid-muridnya majemuk. Di SLB 11 Jakarta, tahun ini ia mengajar untuk anak-anak tuna grahita dan tahun lalu berkesempatan saya mengajar mapel IPS. Dengan jadwal pembelajaran ‘safari’, pada waktu itu ia tidak hanya mengajar murid tunagrahita, tapi juga mengakomodasi murid autis dan tuna rungu.

“Pada waktu itu tantangannya cukup banyak, ada anak-anak yang level hambatannya berat, dan ada yang ringan. Target saya yang hambatan-hambatan yang ringan saja,” terang Darma meyakini murid-muridnya bisa dan mampu untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

“Berbeda dengan anak-anak yang level hambatannya berat, mereka lebih banyak bermain, misal hanya menonton video, tetapi anak-anak yang kategori hambatan ringan bisa lebih interaktif pembelajarannya. Mereka sudah bisa menggunakan Google Meet, Google Document,” lanjut Darma.

Darma bercerita untuk menghadapi tantangan mengajarkan teknologi pada murid-murid SLB, ia menggunakan metode coaching, dalam artian memasangkan satu murid dengan murid lain yang mempunyai kemampuan berbeda. Metode ini juga digunakan untuk menyiasati keterbatasan perangkat komputer di sekolahnya.

“Dengan metode coaching, atau teman sejawat, yang mampu bisa mengajarkan yang kurang mampu. Saya melakukan pendekatan dulu kepada ketuanya, nanti mereka mengajarkan ke kelompoknya,” kata Darma.

“Dari beberapa pelatihan yang saya ikuti, termasuk pelatihan dari Kemendikbudristek, saya jadi tahu bahwa Google Meet dapat dimanfaatkan sebagai media paparan termasuk bagi anak tunarungu. Ini saya praktekkan pada mata pelajaran IPS. Jadi dengan memanfaatkan Chromebook meskipun tanpa paparan saya bisa memberikan paparan pada anak-anak dengan memanfaatkan Google Meet,” lanjut Darma bercerita bahwa Google Meet tetap bisa digunakannya dalam situasi tatap muka.

Kesempatan menggunakan....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement