Rabu 18 Sep 2024 12:25 WIB

Tragedi Pager, Dubes Iran Ikut Jadi Korban Serangan Mossad di Lebanon

Mossad diduga menyabotase penyantara atau pager yang dipakai di Lebanon.

Rep: Antara/thr/ Red: Teguh Firmansyah
Penampakan salah satu pager yang meledak di Lebanon akibat sabotase Israel pada Selasa (17/9/2024).
Foto: X
Penampakan salah satu pager yang meledak di Lebanon akibat sabotase Israel pada Selasa (17/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Duta Besar Iran di Beirut, Mojtabi Amani, dilaporkan terluka dalam ledakan masal perangkat komunikasi genggam (pager) di Lebanon pada Selasa (17/9). Demikian menurut televisi negara tersebut.

Media Iran melaporkan bahwa duta besar tersebut dibawa ke rumah sakit di Beirut setelah mengalami cedera ringan akibat ledakan tersebut.

Baca Juga

Mojtabi menyatakan dalam sebuah unggahan di akun X, bahwa istrinya juga mengalami cedera ringan dalam ledakan itu. Dua pegawai kedutaan juga dilaporkan terluka akibat ledakan tersebut.

Ratusan orang, termasuk beberapa anggota Hizbullah, terluka pada dini hari Selasa ketika perangkat pager meledak di ibu kota Beirut dan beberapa daerah lainnya di Lebanon.

Laporan media lokal menyebutkan bahwa perangkat tersebut meledak setelah terjadinya peretasan sistem komunikasi oleh Israel. Laporan menyebut Badan Intelijen Israel, Mossad terlibat dalam serangan tersebut. 

Kementerian Kesehatan Lebanon mendesak semua warga yang memiliki perangkat pager komunikasi untuk segera membuangnya.

Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel, sementara Tel Aviv juga menyerang tiada henti Jalur Gaza.

Serangan brutal ini telah menewaskan lebih dari 41.200 orang di Gaza sejak Oktober lalu menyusul serangan Hamas. 

Yossi Melman, salah satu penulis Spies Against Armageddon dan buku-buku lain tentang intelijen Israel, menekankan bahwa tampaknya pager yang meledak itu baru-baru ini dipasok. "Kita tahu bahwa Mossad mampu menembus dan menyusup ke Hizbullah berkali-kali," katanya menambahkan.

Namun, ia mempertanyakan kebijaksanaan strategis dari serangan itu, yang menewaskan seorang gadis berusia 10 tahun. "Itu meningkatkan kemungkinan eskalasi krisis perbatasan menjadi perang," Melman memperingatkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement