Senin 02 Sep 2024 16:34 WIB

Denny JA : Mustahil Bersaing dalam Karya Tanpa Menggunakan AI

AI bisa meningkatkan kualitas dalam sebuah karya.

Denny JA. bersama lukisannya yang dalam pembuatannya dibantu AI.
Foto: istimewa/tangkapan layar
Denny JA. bersama lukisannya yang dalam pembuatannya dibantu AI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, mengatakan, mustahil bisa bersaing dalam karya di era ini tanpa menggunakan Artificial Intelligece (AI). Meski demikian tetap perlu melakukan personalisasi, meletakkan DNA, pengalaman dan perspektif personal untuk mengedit final bantuan (AI) itu.

“Saat itu, akhir Agustis 2024, Perkumpulan Penulis Satupena membuat acara Writing and Retreat. Di ujung acara, Okky Madasari, selaku fasilitator dan mentor program ini memuji perkembangan kreatif seorang penulis muda,” kata Denny JA, dalam siaran persnya, Senin (2/9/2024).

Ternyata penulis muda itu, menurut Denny JA,  menggunakan bantuan AI. “Okky, sang mentor, kaget. Terkesan ia tak mempersiapkan programnya untuk  memperhitungkan digunakannya  AI dalam proses penulisan,” papar Denny JA. Sehingga, lanjut dia, terjadilah perdebatan tentang boleh tidaknya penggunaan AI dalam kumpulan tulisan yang akan dibukukan dengan topik besar “Sudahkah Indonesia Merdeka”.

Denny, menjelaskan, saat ini masyarakat berada di ambang sebuah era di mana kemampuan untuk berkarya tanpa AI akan menjadi semakin mustahil. Menurutnya, teknologi ini tidak hanya hadir sebagai alat tambahan, tetapi telah menjadi elemen krusial dalam proses kreatif di berbagai bidang. “Ini meliputi tak hanya dunia penulisan, tapi juga seni visual, hingga musik dan film,” ungkap Denny JA.

Di masa depan, kata Denny JA, persaingan dalam dunia kreatif akan sangat bergantung pada seberapa baik seorang kreator mampu memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas karyanya. AI menawarkan berbagai keuntungan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dalam dunia kreatif. Salah satu keunggulan utama AI adalah kecepatannya dalam memberikan referensi dan data.

Dalam hitungan detik, AI dapat memproses jutaan informasi dan memberikan hasil yang relevan kepada kreator. Denny mencontohkan,  seorang penulis yang ingin menulis novel sejarah dapat dengan mudah meminta AI untuk menyusun informasi tentang era tertentu, menganalisis gaya penulisan dari penulis lain, atau bahkan memberikan kerangka plot yang sesuai dengan tren pasar saat ini.

“Selain itu, AI mampu melakukan tugas-tugas yang berulang dan memakan waktu, seperti pengeditan dasar, pengoptimalan tata letak, dan bahkan penciptaan konten yang berdasarkan pola atau data historis,” papar dia.

Dalam dunia seni visual, AI dapat membantu seorang pelukis dalam merancang komposisi warna yang optimal atau mengolah gambar mentah menjadi karya seni digital yang lebih kompleks.

“Saya sendiri sudah menciptakan lebih dari 500 lukisan dengan asisten AI. Sepuluh dari lukisan itu yang bertema Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia awal september 2024  ini dipamerkan di Galeri Nasional, dalam acara Festival Toleransi menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia,” papar pelopor puisi essai ini.

Meskipun AI menawarkan banyak keuntungan, menurut Denny JA, ada tantangan baru yang muncul. Ketika AI menjadi semakin umum digunakan oleh kreator di seluruh dunia, risiko homogenisasi karya kreatif meningkat.

Dengan kata lain, ada kemungkinan bahwa karya-karya yang dihasilkan akan terlihat dan terasa mirip, karena mereka semua didukung oleh teknologi yang sama. Oleh karena itu, setiap kreator harus mampu menambahkan ciri khas, pengalaman pribadi, dan perspektif unik mereka ke dalam karya yang mereka hasilkan.

Ciri khas ini bisa berupa gaya penulisan yang unik, sudut pandang yang berbeda, atau pengalaman hidup yang tidak dimiliki oleh orang lain. Misalnya, seorang penulis yang menggunakan AI untuk menghasilkan novel fiksi ilmiah masih harus menambahkan sentuhan pribadinya, seperti pemahaman mendalam tentang karakter, nuansa emosional, dan tema-tema yang dekat dengan hati nuraninya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement