REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudrsitek) membuka program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) salah satu bentuknya Kampus Mengajar. Kebijakan Program MBKM hadir untuk mewujudkan pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom, fleksibel, dan berkualitas sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan Mahasiswa. Dalam Indikator Kinerja Utama salah satunya Mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus.
Program Kampus Mengajar diselenggarakan untuk memberikan kesempatan Mahasiswa belajar di luar kampus dengan menjadi mitra guru dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar dan menengah, yang selanjutnya disebut Sekolah Penugasan. Mahasiswa di harapkan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah, memberikan warna atau inovasi di sekolah. Untuk itu pelaksanaan kegiatan itu agar berhasil maka akan di dampingi oleh Dosen Pendamping yang ditunjuk sesuai prosedur MBKM Kampus Mengajar.
Universitas BSI (Bina Sarana Informaika) Kampus Solo turut andil dalam program MBKM khusus Kampus Mengajar dari beberapa mahasiswa yang mendaftar ada 2 (dua) yang diterima pada angkatan 8 ini yaitu Selviana Dwi Sari dan Febriana Ida dari program studi Sistem Informasi.
Perolehan prestasi ini tak hanya dari sisi mahasiswa saja. Pengalaman Wawan Nugroho dosen Universitas BSI dalam membimbing mahasiswa ikut MBKM Kampus mengajar sebagai Dosen Pendamping Lapangan (DPL) dituntut agar menjadi dampak yang baik bagi sekolah penugasan baik dari segi akademik maupun non akademik. Mahasiswa juga telah dibekali banyak sekali pelatihan dari tim Kampus mengajar pusat.
“Mahasiswa sudah dibekali dari tim Kampus Mengajar pusat, dilatih bagaimana menerapkan pembelajaran yang adaptif dan kreatif khususnya pada literasi dan numerasi, mahasiswa ditugaskan untuk menjadi mitra guru bukan menjadi pengganti guru, agar menciptakan media pembelajaran yang baru yang kreatif,” ucap Wawan.
Dari kegiatan ini mahasiswa bisa menyampaikan dan mempraktekan ilmu yang sudah dipelajari di kampus, di manfaatkan di sekolah, mendapat pengalaman langsung dilapangan yang kadang-kadang berbeda antara praktek langsung dan teori. Dengan terjun langsung akhirnya penalaran berkembang, wawasan bertambah, kemampuan komunikasi meningkat. Dari sekolah mendapatkan “kesegaran” baru dengan adanya mahasiswa yang usianya hampir sama dengan peserta didik, mengurangi kejenuhan rutininitas sekolah dan di mungkinkan adanya ide baru untuk perkembangan yang akan datang.