Kamis 22 Aug 2024 08:44 WIB

Raja Jawa tanpa Mahkota

Pahlawan yang menginspirasi Bung Karno ini dijuluki sebagai Raja Jawa tanpa Mahkota.

Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur.
Foto:

Tulisannya yang terbit di Suara Surabaya mengungkapkan eksploitasi perusahaan-perusahaan Belanda atas kaum Pribumi. Berkat tulisan-tulisannya, namanya menjadi kian terkenal.

Haji Oemar Said Tjokroaminoto menjadi apa yang diistilahan sang perintis pers Indonesia, Abdoel Rivai (1871-1937), sebagai “bangsawan pikiran.”

“Bangsawan usul” adalah mereka yang ningrat karena faktor keturunan. Adapun bangsawan pikiran menjadi ningrat karena kerja keras dan daya intelektualnya.

Selama di Surabaya, HOS Tjokroaminoto tinggal di Jalan Peneleh VII Nomor 29-31. Rumah itu terletak di kawasan padat penduduk.

Walaupun resminya bekerja sebagai pegawai pabrik, ia terus aktif di pelbagai organisasi. Namanya kian masyhur sebagai tokoh pergerakan nasional.

Sejak 1912, HOS Tjokroaminoto sudah menyerukan perlunya Hindia Belanda menyelenggarakan pemerintahan otonom (zelfbestuur) yang lepas dari Negeri Belanda. Semangat nasionalisme yang disuarakannya membuat orang-orang terkesima.

Sukarno muda termasuk yang mengaguminya. Bapak pemuda itu, Raden Sukemi, bersahabat baik dengan HOS Tjokroaminoto.

Saat bersekolah di Surabaya, Sukarno muda indekos di kediaman tokoh karismatik ini. Dalam autobiografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno mengenang rumah HOS Tjokroaminoto sebagai "Dapur Nasionalisme."

Kediaman HOS Tjokroaminoto memang kerap ramai dengan diskusi para tokoh yang memikirkan nasib orang-orang Pribumi di bawah pemerintahan kolonial. Selain Sukarno, tokoh-tokoh lain pernah berproses di rumah itu. Mereka adalah Semaun, Alimin, Musodo (Muso), Kartosuwiryo, Abikusno Tjokrosoejoso, dan Sampurno.

photo
(ilustrasi) perangko bergambar HOS Tjokroaminoto - (tangkapan layar)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement