Kamis 22 Aug 2024 08:44 WIB

Raja Jawa tanpa Mahkota

Pahlawan yang menginspirasi Bung Karno ini dijuluki sebagai Raja Jawa tanpa Mahkota.

Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Pengunjung mengamati koleksi yang terdapat di Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Dialah raja Jawa yang tanpa mahkota!” Demikian orang Belanda menjuluki HOS Tjokroaminoto (1882-1925). “De ongekroonde koning van Java.” Demikian pujian untuk penggerak organisasi Sarekat Islam (SI) itu.

Dialah yang mula-mula memunculkan gagasan nasionalisme modern di Indonesia. Banyak muridnya yang di kemudian hari menjadi figur sentral perjuangan negara ini. Untuk menyebut sekadar dua contoh: Ir Sukarno (presiden pertama RI) dan Haji Agus Salim (diplomat ulung RI).

Baca Juga

Raden Mas Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto lahir di Bakur, Sawahan, Madiun, Jawa Timur, pada 16 Agustus 1882. Dia merupakan anak kedua dari 12 bersaudara.

Ayahnya, Raden Mas Tjokromiseno, merupakan seorang wedana di Kleco, Madiun. Kakek buyutnya merupakan seorang ulama besar, Kiai Bagoes Kesan Besari, yang juga mengasuh pesantren di Tegal Sari, Ponorogo.

Setelah menempuh pendidikan dasar, Oemar Said—demikian panggilan kecilnya—bersekolah di OSVIA, yakni sekolah calon pegawai Pribumi di Magelang. Saat berusia 20 tahun, ia pun lulus dari sana.

Ketika sedang berprofesi sebagai juru tulis di Glodog, Purwodadi, Oemar Said menikah dengan RA Soeharsikin. Gadis itu adalah putri keluarga RM Mangoensoemo, yang saat itu wakil bupati Ponorogo.

Daya kritis yang dimilikinya membuatnya tidak bisa berlama-lama menjadi birokrat pemerintah. Pada 1905, Oemar Said Tjokroaminoto mundur dari pekerjaannya.

photo

Sempat berpindah ke Madiun untuk mengunjungi sejumlah pondok pesantren, Tjokroaminoto lalu menetap di Semarang, dengan memboyong istri tercinta. Di sinilah, dirinya bisa berinteraksi langsung secara bebas dengan rakyat.

Pada 1907, Tjokroaminoto pindah ke Surabaya untuk meneruskan pendidikan pada Sekolah Teknik Sipil BAS (Burgerlijke Avond School). Untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, ia bekerja pada perusahaan niaga Kooy&Co.

Tiga tahun kemudian, ia lulus. Sempat menerapkan keahliannya sebagai sarjana teknik dengan bekerja di sebuah pabrik gula di Rogojampi, Surabaya, hingga tahun 1912.

Di sela-sela kesibukannya, bapak lima orang anak aktif di organisasi sosial. Haji Oemar Said Tjokroaminoto juga pernah menjadi ketua perkumpulan Panti Harsoyo. Selain itu, dirinya juga rajin menulis artikel-artikel di media massa.

Menginspirasi Bung Karno ...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement