Rabu 21 Aug 2024 21:01 WIB

Kemendikbudristek: Penampilan Etalase Budaya Perlu Diperluas

Kemendikbudristek berharap karya pelaku budaya dan seniman ditampilkan ke masyarakat

Seniman dari komunitas Reenactor Bangor Indonesia menampilkan teatrikal sosiodrama  di halaman Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2024). Sosiodrama berjudul Pusaka Indonesia tersebut menceritakan fragmen perjalanan Kemerdekaan Indonesia dari zaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, masuknya sekutu, perumusan naskah proklamasi, hingga konflik dengan sekutu pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Seniman dari komunitas Reenactor Bangor Indonesia menampilkan teatrikal sosiodrama di halaman Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2024). Sosiodrama berjudul Pusaka Indonesia tersebut menceritakan fragmen perjalanan Kemerdekaan Indonesia dari zaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, masuknya sekutu, perumusan naskah proklamasi, hingga konflik dengan sekutu pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Restu Gunawan menyatakan penampilan etalase budaya perlu diperluas untuk memperkuat ingatan masyarakat.

"Permasalahan dalam seni budaya itu, kita kadang investasi untuk sebuah acara sangat besar, tetapi etalasenya hanya tampil sekali. Indonesia Bertutur misalnya, yang diselenggarakan di Bali, kita hanya tampil sekali, dan terlalu banyak (keseniannya), sehingga tidak bisa menampilkan itu di berbagai kota, akhirnya orang akan lupa," katanya dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ia berharap karya pelaku budaya dan seniman yang sudah bagus dalam berbagai pagelaran seni dan budaya dapat tampil di berbagai kota untuk membangun imajinasi dan memori masyarakat.

Indeks pembangunan kebudayaan berdasarkan data Kemendikbudristek pada tahun 2022 yakni 55,13. Pada dimensi ekonomi budaya tahun 2022, tercatat nilainya 0,27, sedangkan proyeksi pada tahun 2024 nilainya 0,50.

"Pada ketahanan sosial budaya dan pendidikan kita skornya cukup tinggi, tetapi ekonomi dan ekspresi budaya masih rendah," ucapnya.

Restu mengemukakan potensi Indonesia saat ini terdapat 773 lembaga yang berfokus pada seni budaya dan berfungsi mendukung berbagai kegiatan seni budaya di seluruh Nusantara. Nilai tersebut masih sedikit dan perlu dilakukan akselerasi.

"Sebanyak 773 lembaga di berbagai daerah, meskipun sudah banyak, tetapi sebagai sebuah etalase itu masih kurang karena taman budaya di tingkat provinsi baru 26. Dulu kan taman budaya ada di Dirjen Kebudayaan, tetapi kondisinya macam-macam, ada yang penganggarannya sangat minim, padahal dulu idenya sebagai laboratorium sekaligus pameran," ujar dia.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat 714 museum yang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan budaya.

"Di perguruan tinggi, sebanyak 251 institusi turut berkontribusi dalam mencetak generasi muda yang kompeten di bidang seni. Sementara di tingkat pendidikan menengah, terdapat 430 SMK seni dan film yang memberikan pendidikan vokasional bagi siswa yang berminat di bidang tersebut," ujarnya.

Kemudian, terdapat 840 profesi seni budaya yang mencakup berbagai macam pekerjaan di sektor seni, mulai dari seniman, kurator, hingga pekerja teknis.

Menurut dia, dari 840 profesi tersebut, masih diperlukan akselerasi, utamanya manajemen talenta agar dapat bersaing secara global.

"Kita ada yang sudah dicapai, tetapi perlu akselerasi yang perlu difokuskan. Misalnya, dalam kaitan seni budaya itu pencarian talentanya kan lewat ajang kompetisi dan festival komunitas nasional dan internasional," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement