REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Hari menunjukkan pukul 07.09 WIB ketika protokoler mempersilahkan seluruh tamu undangan peserta Upacara Peringatan HUT Ke-79 RI untuk berdiri menyaksikan pengibaran Sang Merah Putih oleh anggota Paskibraka Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Seketika suasana di lapangan upacara hening, dan merinding kala derap sepatu 12 anggota Paskibraka menghentak ke bumi saat berjalan menuju tiang bendera.
Derap sepatu anak-anak pulau yang terdiri atas 4 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki itu bergema ‘tak-tak tak’ selama beberapa saat sebelum Sang Merah Putih berkibar dengan sempurna.
Penampilan sempurna itu tercapai berkat latihan rutin dan kerja keras, sekeras hentakan kaki yang menghentak jiwa di hari kemerdekaan.
Momentum sakral itu berjalan tanpa cela, purna sudah tugas Paskibraka, ketika Merah Putih sampai ke tiang tertinggi tepat pada bait terakhir Lagu Indonesia Raya dinyanyikan.
Pembacaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, hingga mengheningkan cipta, ditutup dengan doa menjadi rangkaian terakhir dari Upacara Peringatan HUT Ke-79 RI yang dipimpin Camat Pulau Belakangpadang Abdul Hanafi sebagai inspektur.
Kekompakan terlihat saat upacara bendera dihadiri seluruh unsur musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) Belakangpadang, ada Kapolsek Belakangpadang Iptu Ade Putra, PJS Danposal Pulau Sambu Letda Laut (S) Babullah Darusalam, Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Belakangpadang Moch Andri Budiman, dan lainnya.
Upacara Hari Kemerdekaan Ke-79 RI di Belakangpadang yang dijuluki Pulau Pelepas Rindu tersebut diikuti oleh siswa sekolah, PGRI, PNS, PKK, anggota Polri, pegawai Kantor Imigrasi yang tampil berpakaian adat nusantara dan masyarakat umum.
Meski berada di pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura, peringatan HUT Ke-79 RI di Belakangpandang berlangsung khidmat dan rasa nasionalisme.
Momentum pelestarian budaya
Selain upacara bendera, peringatan HUT Ke-79 RI di Pulau Belakangpadang disemarakkan dengan pesta rakyat yang ditaja oleh pemerintah kecamatan.
Pesta rakyat itu digelar berbagai kegiatan, mulai dari lomba-lomba hingga pelestarian budaya, seperti lomba Sampan Layar, Ketinting, kiau dan kolek. Adu kecepatan perahu menjadi budaya masyarakat pesisir melayu.
Karena tingginya kegemaran masyarakat menyaksikan, lomba perahu tersebut digelar dua hari tanggal 16 dan 17 Agustus. Alhasil, masyarakat tumpah ruah di Pelabuhan Pancung Belakangpadang hingga Pelabuhan Bea Cukai untuk menonton para pengemudi kapal bermesin kecil itu beraksi dengan kecepatan tinggi.
Lihat halaman berikutnya >>>