Sedangkan Almayadeen melaporkan, dalam sesi publik parlemen pada Ahad pagi, ketua Dewan Syura Iran Mohammad Bagher Ghalibaf menegaskan kembali komitmen Iran untuk membalas kematian Ismail Haniyeh, dan menganggapnya sebagai tugas nasional dan agama.
Ghalibaf memperingatkan bahwa “entitas Zionis harus bersiap menghadapi pembalasan hebat dari rakyat Iran.” Menyikapi pembantaian Israel di Gaza, khususnya pembantaian mengerikan di sekolah Al-Tabi'in di Kota Gaza, Ghalibaf mengutuk hal tersebut sebagai bukti ketidakmanusiawian entitas Zionis, dengan menyatakan bahwa "Zionis hanya memahami bahasa kekuasaan."
Dia menggambarkan tindakan Israel sebagai kejahatan perang terhadap kemanusiaan. Di tempat lain dalam sambutannya, Ghalibaf meminta negara-negara Islam untuk memberikan dukungan nyata kepada Perlawanan Palestina dalam melawan kejahatan ini.
Misi Iran untuk PBB menegaskan kembali pada hari Jumat bahwa prioritas Iran adalah mencapai gencatan senjata yang langgeng di Gaza, menekankan bahwa setiap perjanjian yang diterima oleh Hamas akan diakui oleh Teheran.
Ketika ditanya oleh Al-Monitor apakah Iran akan menunda pembalasannya sampai perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan diadakan minggu depan selesai, misi Iran menyatakan bahwa "rezim Israel telah melanggar keamanan dan kedaulatan nasional kami melalui tindakan terorisme baru-baru ini." Mereka juga menjawab, Republik Islam mempunyai "hak untuk membela diri—hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan gencatan senjata di Gaza".
Namun, misi tersebut menyatakan harapan bahwa tanggapannya terhadap agresi Israel akan terukur dan tepat waktu agar tidak merusak potensi gencatan senjata di Gaza. Mereka mengakui adanya saluran komunikasi langsung dan perantara dengan Amerika Serikat, “yang rinciannya tidak diungkapkan oleh kedua belah pihak”.
Pekan lalu, “Israel” membunuh kepala Biro politik Hamas Ismail Haniyeh ketika dia berada di Teheran dalam kunjungan resmi. Republik Islam Iran berjanji untuk menanggapi agresi tersebut di tengah peningkatan persiapan militer yang dilakukan oleh “Israel”, Amerika Serikat, dan sekutunya.