Pada April, Tiga putra Haniyeh syahid dalam serangan udara Israel di Gaza. Hamas dan keluarga Haniyeh mengatakan Hazem, Amir, dan Mohammed meninggal dunia dalam serangan ke mobil yang mereka kendarai di kamp Al-Shati.
Media Palestina mengatakan dua cucu Haniyeh juga syahid dalam serangan tersebut. Satu cucunya juga ikut terluka. “Tuntutan kami jelas dan spesifik dan kami tidak akan mengambil konsensi, musuh akan delusional bila mereka mengira mengincar putra-putra saya, di klimaks negosiasi dan sebelum gerakan mengerahkan respon, akan mendorong Hamas mengubah posisinya," kata Haniyeh kala itu pada Aljazirah.
“Darah putra-putra saya tidak lebih berharga dari darah rakyat kami," kata Haniyeh yang berada di Qatar.
Kemudian pada Juni, Israel kembali membunuh anggota keluarga Ismail Haniyeh dalam serangan ke Gaza. Adik perempuannya salah satu yang syahid dalam serangan itu. Namun serangan itu tidak menyurutkan nyali Haniyeh. Ia akan terus berjuang membela Palestina.
Haniyeh saat itu menyatakan, jika Israel berpikir menyakiti anggota keluarga akan mengubah sikapnya dalam perlawanan terhadap pendudukan maka mereka salah. "Itu adalah delusi,” ujarnya menegaskan. Haniyeh menambahkan, setiap orang yang terbunuh di Jalur Gaza sudah seperti anggota keluarga baginya.
Zahr Abdel Salam Haniyeh, sister of the head of the Hamas political bureau, Ismail Haniyeh, was killed along with nine of her family in a bombing of their home this mornin in Gaza. pic.twitter.com/A0EwZUHZeT
— Current Report (Currentreport1) June 25, 2024
Haniyeh yang ditunjuk untuk memimpin Hamas pada 2017 lalu berpindah-pindah dari Turki dan Doha, Qatar. Ia menghindari larangan berpergian yang diterapkan Israel di Gaza dan membuatnya dapat bertindak sebagai negosiator dalam negosiasi gencatan senjata atau berkomunikasi dengan Iran, salah satu sekutu terkuat Hamas.
Israel menganggap seluruh pemimpin Hamas sebagai teroris dan menuduh Haniyeh dan pemimpin kelompok perjuangan itu terus "menjalankan organisasi teror Hamas." Namun, seberapa jauh Haniyeh mengetahui tentang serangan lintas batas 7 Oktober yang dilakukan Hamas yang berbasis di Gaza masih belum jelas. Rencana serangan yang disusun oleh dewan militer Hamas di Gaza tersebut merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas di luar negeri tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.