Sabtu 27 Jul 2024 20:32 WIB

Mahasiswa Delegasi UNM, Pelajari Mitigasi Bencana Lewat Program Student Mobility

GMLS dikenal sebagai komunitas yang aktif meningkatkan kesiapsiagaan dan resiliensi.

Mahasiswa Program Studi (prodi) Sains Data Universitas Nusa Mandiri (UNM), Kanaya Salsabila Setiawan, mendapat kesempatan berharga untuk mempelajari mitigasi bencana melalui Program Student Mobility.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Mahasiswa Program Studi (prodi) Sains Data Universitas Nusa Mandiri (UNM), Kanaya Salsabila Setiawan, mendapat kesempatan berharga untuk mempelajari mitigasi bencana melalui Program Student Mobility.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa Program Studi (prodi) Sains Data Universitas Nusa Mandiri (UNM), Kanaya Salsabila Setiawan, mendapat kesempatan berharga untuk mempelajari mitigasi bencana melalui Program Student Mobility. Dalam program ini, Kanaya mengunjungi Komunitas Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) di Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak.

GMLS dikenal sebagai komunitas yang aktif dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan resiliensi terhadap bencana gempa dan tsunami, serta telah mendapatkan penghargaan internasional sebagai "Being Internationally Recognized for UNESCO/IOC Tsunami Ready Village."

Baca Juga

Arif Hidayat, warek 2 bidang non akademik Universitas Nusa Mandiri mengatakan tujuan utama kunjungan ke GMLS untuk memahami pentingnya mitigasi bencana di wilayah Lebak Selatan. “Pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mitigasi bencana. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama tujuan ke-11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan) dan tujuan ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim),” terang Arif dalam rilis yang diterima, Sabtu (27/7/2024).

Dalam kunjungan tersebut, kata Arif, Kanaya sebagai delegasi Universitas Nusa Mandiri memperoleh wawasan tentang teknologi terkini yang diterapkan oleh GMLS. “Beberapa teknologi yang digunakan termasuk Lora sebuah sistem koneksi rendah untuk menyampaikan sinyal bencana menggunakan sirene, koneksi satelit dari BMKG untuk pemantauan yang lebih akurat, dashboard real-time yang menampilkan data penduduk setempat, dan pembangkit listrik tenaga surya sebagai sumber energi cadangan,” ungkapnya.

Arif menegaskan penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam penyampaian informasi bencana tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana alam.

Pada kesempatan ini, Kanaya memberi kesan positif terhadap program ini sangat kuat. Ia merasa terinspirasi oleh dedikasi dan kerja keras komunitas GMLS dalam mempersiapkan masyarakat menghadapi bencana.

“Saya sangat terkesan dengan bagaimana teknologi dapat berperan besar dalam mitigasi bencana dan meningkatkan keselamatan masyarakat,” ujar Kanaya.

Menurut Kanaya, pengalaman ini memberinya wawasan baru tentang bagaimana data sains dapat digunakan untuk mendukung upaya mitigasi bencana. Selain itu, Kanaya menyadari bahwa keberhasilan mitigasi bencana tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kerjasama antara komunitas lokal, pemerintah, dan lembaga internasional.

“Kolaborasi lintas disiplin dan pemangku kepentingan sangat penting dalam menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Student Mobility Program ini tidak hanya memperkaya pengetahuan akademis, tetapi juga memperkuat kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana dan pembangunan berkelanjutan,” jelasnya.

Melalui pengalaman ini, Kanaya berharap dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk mendukung upaya mitigasi bencana di Indonesia, serta berkontribusi pada pembangunan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement