REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Penembakan kandidat calon presiden sekaligus mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengingatkan pada sejarah panjang upaya pembunuhan presiden di negara tersebut. Berikut daftar sejumlah pembunuhan politik tersebut.
Presiden AS Abraham Lincoln adalah yang pertama dalam daftar ini. Presiden Amerika Serikat ke-16 itu dibunuh pada 14 April 1865, hanya lima hari setelah Tentara Konfederasi menyerah dan berakhirnya Perang Saudara AS.
The Best Diplomat melansir, pembunuhan Lincoln bukanlah sebuah tindakan spontan namun terencana dengan baik, yang berakar pada perpecahan politik dan ideologi yang mengakar. Pada tahun-tahun menjelang pembunuhan tersebut, Lincoln menghadapi tentangan keras dari negara-negara Selatan dan simpatisannya, yang menentang kebijakannya, khususnya sikapnya terhadap perbudakan dan negara kesatuan.
Negara-negara bagian Selatan telah menarik diri dari Persatuan yang menyebabkan pecahnya Perang Saudara. Perang ini berlangsung selama empat tahun dan merenggut nyawa lebih dari 600.000 orang Amerika
Orang di balik pembunuhan itu adalah John Wilkes Booth, seorang aktor terkenal dan simpatisan Konfederasi. Booth adalah bagian dari konspirasi yang lebih besar yang melibatkan beberapa individu lain, termasuk Mary Surratt, Lewis Powell, dan George Atzerodt. Rencananya adalah untuk menculik Lincoln dan menukarnya dengan tawanan perang Konfederasi, tetapi ketika perang sudah jelas akan segera berakhir, mereka malah memutuskan untuk membunuh Lincoln.
Selanjutnya, terjadi pembunuhan Presiden AS James A Garfield pada tanggal 2 Juli 1881. Charles J Guiteau menembak Presiden Amerika Serikat ke-20 di Stasiun Kereta Api Baltimore dan Potomac di Washington, DC, tindakan mengejutkan yang berakar pada ketidakpuasan politik dan delusi pribadi.
Sebelum menjadi presiden, Garfield memiliki karir cemerlang sebagai jenderal Union Army selama Perang Saudara dan sebagai anggota Dewan Perwakilan AS. Ia dikenal karena integritas, kecerdasan, dan komitmennya terhadap hak-hak sipil. Namun, masa kepresidenannya hanya bertahan empat bulan karena ia terkena peluru pembunuh.
Pembunuhan Presiden AS William McKinley menandai momen tragis dalam sejarah Amerika selanjutnya. Presiden Amerika Serikat ke-25 itu ditembak mati oleh anarkis Leon Czolgosz pada 6 September 1901, di Pan-American Exposition di Buffalo, New York. Pembunuhan McKinley merupakan peristiwa mengejutkan yang menyoroti bahaya ekstremisme politik.
Sebelum menjadi presiden, McKinley pernah menjabat sebagai perwira Union Army selama Perang Saudara dan kemudian sebagai anggota kongres dan gubernur Ohio. Ia dikenal karena kebijakannya yang moderat dan upayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas pengaruh Amerika di luar negeri. Kepresidenan McKinley ditandai dengan kemakmuran dan stabilitas, namun secara tragis hal itu terhenti.
Leon Czolgosz, pembunuh McKinley, adalah seorang anarkis yang percaya pada penggunaan kekerasan untuk mencapai perubahan politik. Czolgosz dipengaruhi oleh ide-ide radikal dan literatur anarkis, yang memicu kebenciannya terhadap pemerintah dan tokoh otoritas. Dia melihat McKinley sebagai simbol penindasan dan ketidaksetaraan serta memandang pembunuhannya sebagai tindakan revolusioner.
Pembunuhan John F Kennedy adalah peristiwa tragis selanjutnya yang masih bergema dalam ingatan kolektif masyarakat Amerika. Presiden Amerika Serikat ke-35 ini ditembak pada 22 November 1963, di Dallas, Texas, saat mengendarai limosin atap terbuka bersama istrinya, Jacqueline Kennedy, dan Gubernur Texas John Connally.
Sebelum menjadi presiden, Kennedy pernah menjabat sebagai anggota kongres dan senator dari Massachusetts. Dia adalah seorang pemimpin karismatik yang menginspirasi generasi Amerika dengan visinya tentang masa depan yang lebih baik. Kepresidenan Kennedy ditandai dengan inisiatif yang berani, termasuk pembentukan Peace Corps, perlombaan antariksa, dan perjuangan melawan kemiskinan dan diskriminasi.
Orang di balik pembunuhan Kennedy adalah Lee Harvey Oswald, mantan Marinir AS yang membelot ke Uni Soviet dan kemudian kembali ke AS. Oswald adalah individu bermasalah dengan riwayat penyakit mental dan rasa keterasingan yang mendalam. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan melihat pembunuhan Kennedy sebagai cara untuk mencapai ketenaran.