Jumat 28 Jun 2024 16:19 WIB

Sosiolog Ungkap Penyebab Meningkatnya Tren Tawuran Pelajar di Padang

Tawuran remaja di Kota Padang disebut menunjukkan tren peningkatan.

Belasan pelajar SMK asal Kabupaten Bogor dibawa Satgas Pelajar Kota Bogor karena diindikasi hendak tawuran dengan membawa senjata tajam, Rabu (15/9).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Belasan pelajar SMK asal Kabupaten Bogor dibawa Satgas Pelajar Kota Bogor karena diindikasi hendak tawuran dengan membawa senjata tajam, Rabu (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat (Sumbar) Erianjoni menjelaskan penyebab meningkatnya tren aksi tawuran di kalangan pelajar di Kota Padang selama beberapa waktu terakhir. Tawuran remaja di daerah tersebut menunjukkan tren peningkatan.

"Saya melihat gejala kenakalan remaja dan eskalasinya sudah sangat bervariasi. Bahkan sudah seperti tiada minggu tanpa tawuran," kata Erianjoni, di Padang, Jumat (28/6/2024).

Baca Juga

Hal itu disampaikan Erianjoni berkaitan dengan kasus meninggalnya seorang pelajar sekolah menengah pertama (SMP) sederajat yang ditemukan di bawah jembatan Kuranji, Kota Padang. Saat ini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan pihak kepolisian setempat.

Menurut dia, meningkatnya kecenderungan tawuran dan kenakalan remaja di Kota Padang bisa dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, hal itu muncul dari kesalahan pendidikan dalam keluarga. Kedua, kesalahan di lingkup sekolah, dan terakhir pengaruh lingkungan di masyarakat. "Mungkin ada yang salah dari tiga faktor itu dan perlu kita telaah lagi," kata Erianjoni.

Erianjoni yang juga sekretaris UNP tersebut mengatakan, seseorang yang sedang berada dalam tahap usia remaja memiliki sebuah energi besar yang mesti disalurkan kepada hal-hal yang positif. "Kekuatan dalam diri remaja itu seyogianya disalurkan melalui berbagai kegiatan positif di seperti olah raga dan lain sebagainya," ujarnya.

Namun, menurut dia, apabila energi tersebut tidak tersalurkan dengan tepat atau kurang mendapat dukungan dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, maka bisa berdampak buruk, salah satunya tawuran. "Jadi, kalau tidak ada dukungan dari keluarga atau sekolah kepada anak maka energi positif tadi bisa berubah menjadi energi negatif," ujar dia.

Menurut dia, untuk meminimalkan kenakalan remaja hingga aksi tawuran, pemerintah daerah perlu menekankan penguatan upaya preventif dibandingkan tindakan represif.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Harian Kompolnas Benny Jozua Mamoto menyatakan, perlu fakta untuk mengungkap kasus tewasnya Afif Maulana (13) seorang pelajar SMP di Kuranji, Padang. "Ketika isu yang beredar tidak berangkat dari fakta yang bisa dibuktikan maka ini akan membuat bingung publik," kata Benny.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement