Sabtu 22 Jun 2024 14:55 WIB

Sekjen PBB: Jangan Biarkan Lebanon Jadi Seperti Gaza

Terjadi peningkatan ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon.

Bendera Israel berkibar di samping api yang berkobar di kawasan dekat perbatasan dengan Lebanon, Israel utara di Safed, Rabu, 12 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Bendera Israel berkibar di samping api yang berkobar di kawasan dekat perbatasan dengan Lebanon, Israel utara di Safed, Rabu, 12 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan atas peningkatan ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon. Dia mengatakan, dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza.

"Hari ini saya merasa terdorong untuk menyampaikan keprihatinan mendalam saya terhadap eskalasi antara Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru," kata Guterres kepada wartawan di New York, Sabtu (22/6/2024).

Baca Juga

Ia merujuk pada eskalasi retorika perang dari kedua belah pihak seolah perang habis-habisan sudah di depan mata. Sembari memperingatkan agar konflik regional di Timur Tengah jangan sampai meluas, Guterres mengatakan, satu langkah gegabah, satu kesalahan perhitungan, bisa memicu bencana yang jauh melampaui batas. "Dan sejujurnya, tak terbayangkan," kata dia.

"Mari kita perjelas, rakyat di kawasan ini dan rakyat di seluruh dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza," katanya menambahkan.

Guterres menyoroti banyaknya orang yang kehilangan nyawa maupun yang mengungsi karena rumah dan mata pencaharian mereka hancur.

Sekjen PBB juga menyinggung soal pasukan Israel yang menyerang beberapa kota di Lebanon selatan dengan ledakan hingga menyebabkan kebakaran hutan yang menyebar dan mengancam wilayah permukiman. "Bahan peledak yang belum meledak dan sisa-sisa perang berserakan di wilayah itu," katanya.

Insiden semacam itu, kata dia, menimbulkan ancaman tambahan bagi orang-orang di Israel dan Lebanon, dan bagi para personel PBB serta pekerja kemanusiaan. Dia mendesak pihak-pihak terkait untuk menerapkan secara penuh resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701, segera menghentikan pertikaian, serta terus melindungi warga sipil.

"Anak-anak, jurnalis, dan pekerja medis tidak boleh menjadi sasaran," katanya.

Guterres menolak 'solusi militer' yang dia katakan hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, lebih banyak kehancuran bagi masyarakat di Lebanon dan Israel, serta lebih banyak potensi bencana bagi kawasan. "Sudah saatnya bersikap rasional dan masuk akal," katanya seraya mengingatkan bahwa pasukan perdamaian PBB di lapangan sedang berupaya meredam ketegangan dan membantu mencegah salah perhitungan.

Guterres menekankan, penghentian permusuhan dan perkembangan upaya menuju gencatan senjata permanen adalah satu-satunya solusi yang bertahan lama. Dia menegaskan dukungan penuh PBB pada upaya diplomasi untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan stabilitas, dan mencegah penderitaan rakyat lebih lanjut.

"Dan kami melakukannya sembari terus mendesak gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta upaya nyata untuk mencapai solusi dua negara," katanya.

Sementara itu, di X, misi Iran untuk PBB memperingatkan Israel atas keputusan yang tidak bijaksana yang mendorong perang baru di kawasan tersebut. "Tidak diragukan lagi, perang ini akan berakhir dengan menyisakan satu pecundang, yaitu rezim Zionis," tulis misi tersebut.

Iran menyebutkan Hizbullah "memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon --mungkin waktu untuk menghancurkan diri sendiri dari rezim (Israel) yang tidak sah ini sudah tiba."

Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas batas antara kelompok Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel. Sementara itu, Israel terus melanjutkan serangan mematikan di Jalur Gaza. Sejak Oktober tahun lalu, rentetan serangan Israel itu menewaskan lebih dari 37.400 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement