REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insiden kecelakaan bus pariwisata bernopol AD 7524 OG di jalan turunan Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dinilai terjadi karena dua faktor yakni faktor manusia dan teknis. Hal itu diutarakan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.
"Faktor utama adalah faktor sumber daya manusia (SDM/human factor), yakni kurangnya istirahat awak angkutan, khususnya pengemudi," ujarnya, Ahad (12/5/2024).
Dia menilai, sering kali terjadi sopir bus kurang tidur atau istirahat kurang berkualitas. Hal ini menjadi cerminan serius soal aspek keselamatan transportasi umum. Dirinya juga menilai, perusahaan armada bus kurang atau tidak memperhatikan keselamatan awak angkutan. Hal itu menurutnya, dibuktikan lewat kecelakaan beruntun yang dialami bus rombongan pelajar asal Depok itu.
Kedua, lanjut dia, faktor teknis juga turut andil. Ia menilai armada bus yang digunakan kurang perawatan, khususnya pada bagian rem.
"Biasanya karena rem blong, kanvas remnya sudah aus. atau menggunakan kanvas rem abal-abal," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah bus pariwisata rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok yang mengalami kecelakaan di jalan raya Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Subang, pada Sabtu sekitar pukul 18.45 WIB. Peristiwa kecelakaan terjadi saat bus yang membawa rombongan pelajar itu melintas dari arah Bandung menuju Subang.
Kemudian ketika melewati jalan menurun, bus itu secara tiba-tiba oleng ke kanan hingga menyeberangi jalur berlawanan sampai menabrak kendaraan minibus jenis Feroza nopol D 1455 VCD. Setelah menabrak kendaraan yang ada di jalur berlawanan itu, bus terguling dengan kondisi miring, posisi ban kiri berada di atas, sampai tergelincir hingga menghantam tiga sepeda motor yang terparkir di bahu jalan. Di saat tergelincir di jalan yang kondisinya menurun, bus itu terhenti setelah menghantam tiang listrik yang ada di bahu jalan.