REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan peneliti senior Jusuf Wanandi yang menyebut pendidir Partai Demokrat sebagai 'Jenderal Kancil' mendapat respons dari petinggi partai berlambang mercy itu. Menurut Jubir Demokrat Herzaky Mahendra Putra, orang besar tak perlu mengecilkan orang lain.
"Orang besar tidak perlu mengecilkan orang lain, orang kecil sukanya mengecil ngecilkan kebesaran seorang, kami melihatnya seperti itu aja," ujarnya kepada Republika, Jumat (10/5/2024).
Sebelumnya dalam potongan beredar di media sosial Jusuf Wanandi menyindir SBY yang dianggapnnya sebagai 'Jenderal Kancil'. Digambarkan dalam potongan itu, Jusuf Wanandi menjelaskan masa-masa akhir SBY saat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Saat itu, jelas Jusuf, semua orang termasuk DPR sudah setuju menaikkan harga karena memang tak bisa ditawar. Sebanyak 27 kali, rapat diadakan hanya untuk menentukan naik atau tidak harga BBM.
"Ya endak enggak berani dia, ndak berani dia umumkan padahal sudah setuju semua, kabinet sudah seujtu," ujarnya
"Jusuf Kalla (Wapres) keki, dia panggil semua kabinet dirumahnya, 'ndak bisa begini, kalau saudara semua setuju kita naikan sendiri, meskipun saya tidak berhak nanti saya bilang naikkan atas nama SBY'," katanya sambil menirukan pernyataan JK.
Setelah kejadian itu, kata Jusuf Wanandi, harga BBM baru naik.
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon pun ikut buka suara. Dia heran, mengapa sesepuh CSIS itu malah menyerang SBY. Padahal, Ketua Umum DPP Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang notabene putra sulung SBY sempat menghadiri acara yang diadakan CSIS.
"Sok paling hebat saja Jusuf Wanandi ini. Kami kader Demokrat sejak dulu selalu diberitahu Pak SBY untuk hormati CSIS. Bahkan beberapa waktu lalu undangan CSIS ke Mas AHY pun kami hadiri," kata Jansen saat dikonfirmasi Republika.co.id di Jakarta, Jumat (10/5/2024).