Kamis 21 Mar 2024 19:13 WIB

Golput Capai 40 Juta, Bisa Jadi Partai Sendiri dan Kalahkan Ganjar-Mahfud

Fenomena golput tembus 40 juta tentu menjadi sesuatu yang merugikan bagi masyarakat.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
Angka golput pada Pemilu 2024 mencapai 40 juta pemilih.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Angka golput pada Pemilu 2024 mencapai 40 juta pemilih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Angka golput mencapai lebih dari 40 juta suara pada Pemilu 2024. Angka yang melebihi jumlah pemilih pasangan calon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan nyaris sama dengan nomor urut satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, itu dianggap seakan menjadi ‘partai’ sendiri dalam pemilu kali ini.

"Artinya dia menjadi partai sendiri golput di pemilu 2024 ini. Partai golput yang suaranya tinggi hingga 40 juta itu," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (21/3/2024).

Baca: Gagal ke Senayan, Ade Armando: Tuhan Belum Mengizinkan PSI

Ujang melihat, fenomena itu terjadi akibat kekecewaan masyarakat terhadap kondisi politik saat ini, baik terhadap figur politisi maupun kebijakan yang dihasilkan. Sebab itu, kata dia, penting bagi pemerintahan ke depan untuk memperbaiki kondisi politik bangsa.

"Fenomena golput tembus 40 juta itu tentu menjadi sesuatu yang merugikan bagi masyarakat. Kenapa? Ya mungkin karena masyarakat Indonesia kecewa dengan politisi," ucap Ujang.

Menurut dia, salah satu kekecewaan masyarakat timbul akibat perilaku-perilaku para politikus yang cenderung tidak baik. Di mana, terkadang mereka membuat pernyataan seenaknya, mudah berpindah sisi dari oposisi ke koalisi atau sebaliknya, tidak konsisten antara pernyataan dan tindakannya, dan lain sebagainya.

Baca: AHY Bertemu Prabowo di Kemenhan Bahas Masalah Kebangsaan

"Saya melihat yang menyebabkan fenomena ini ya tentu adalah soal kekecewaan itu. Kekecewaan pemilih yang tidak memilih tersebut, kecewaan publik, kecewaan masyarakat kepada kondisi politik Indonesia. Karena kecewa itu, ya, tidak datang, tidak memilih," terang Ujang.

Selain terhadap figur politik, Ujang juga menyebutkan, basis golput juga dapat terjadi karena kekecewaan atas absennya perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka merasa tidak ada perbaikan signifikan dalam hidup dan nasib mereka yang dihasilkan oleh para politikus. Kelompok masyarakat pun merasa tidak terbantu dengan semua itu.

"Karena tadi tidak ada perubahan apa pun menurut versi mereka, maka mereka memutuskan untuk tidak memilih, untuk menjadi golput. Jadi semua dasar akar masalah golput adalah soal akar masalah kekecewaan itu," kata Ujang.

Baca: Mengenal Figur Mayjen Soenarko dan Letjen Suharto yang Demo di KPU

Dia menegaskan, hal itu menjadi tugas pemerintah ke depan. "Pemerintah baru, tugas KPU ke depan juga. Politisi juga ke depan. Kita semua untuk memperbaiki kondisi politik, memperbaiki kondisi negara agar masyarakat tidak golput lagi, agar masyarakat punya pilihan sendiri terkait dengan kandidat-kandidat maupun partai yang akan dipilihnya nanti ke depan," tutur Ujang.

Data Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 mencapai 204.807.200 pemilih. Berdasarkan hasil penghitungan suara sah yang mencoblos ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden berada di angka 164.227.475 pemilih. Terdapat selisih 40 ribu suara lebih yang tidak menggunakan suara atau membuat suaranya tidak sah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement