REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Konstitusional Masyarakat Klik Wirawan Wahyu mengatakan pemerintah pusat mendorong daerah untuk mengelola sampah yang bernilai ekonomis tinggi sebagai salah satu upaya penanganan sampah di lapangan.
"Pemerintah Pusat mendorong daerah untuk meningkatkan pengolahan sampah yang memiliki nilai ekonomis tinggi," kata Klik Wirawan disela Aksi Bersih Negeri Serentak pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 di Makassar, Jumat (8/3/2024).
Dia mengatakan sampah di Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar, pengolahan sampah berenomis tinggi sudah dilakukan dengan baik dari hasil pantauan KLHK. Setidaknya terdapat sekitar 600 bank sampah di Kota Makassar yang berkonstribusi dalam pengolahan sampah anorganik yang mempunyai nilai ekonomi.
Hal tersebut dibenarkan Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sulsel Andi Hasbi. Menurut dia, konsentrasi pengolahan sampah di Makassar sudah diarahkan untuk menjadi sumber pembangkit listrik tenaga sampah. Tahun ini sudah ada pemenang tendernya, sehingga tahun depan diharapkan sudah beroperasi.
Sementara, untuk pengolahan sampah organik, Dinas LHK Sulsel juga telah bermitra dengan Agrofarm Store di Makassar. Komunitas generasi milenial ini mengembangkan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan bantuan maggot sebagai pengurai limbah organik.
"Sebanyak satu kilogram maggot atau belatung yang merupakan ulat lalat ini dapat mengurai lima kg sampah organik menjadi kompos," kata Pengelola Agrofarm Store, Fikri.
Dia mengatakan, hasil pengelolaan sampah tersebut berupa kompos yang dapat dihasilkan sebanyak 50 kg-70 kg per hari dengan harga jual kompos Rp 5.000 per kg yang dipasarkan langsung maupun secara daring.
Sementara kegiatan Aksi Bersih Serentak di Makassar yang melibatkan unsur Forkopimda Sulsel dan Kota Makassar serta lembaga peduli lingkungan, memusatkan Aksi Bersih Negeri Serentak di pasar tradisional Makassar yakni Pasar Terong. Selanjutnya ditutup dengan kegiatan pertemuan virtual dengan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar secara serentak di 34 provinsi di Indonesia.