Kamis 07 Mar 2024 17:59 WIB

Kemendikbudristek Gandeng Harvard University Perkuat Kemampuan Digital Ratusan Guru

Para guru diajarkan oleh teacher fellow dari Harvard ilmu komputer dan pemrograman.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Kemendikbudristek gandeng Harvard University gelar pelatihan komputer dan pemrograman. (ilustrasi)
Foto: Antara/Seno
Kemendikbudristek gandeng Harvard University gelar pelatihan komputer dan pemrograman. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyelenggarakan Program Microcredential CS50x Indonesia-Harvard University. Setelah penyelenggaraan program pilot tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah peserta guru dari 150 menjadi 273 orang guru pada jenjang SMP, SMA, dan SMK.

“Ini adalah langkah nyata, sebagai komitmen gerakan Merdeka Belajar, untuk terus meningkatkan kompetensi guru-guru di Indonesia. Dengan mengikuti program ini, saya berharap para guru akan mendapatkan ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman,” ucap Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam dialog bertajuk ‘Digital Skill Bagi Guru’ di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Baca Juga

Setelah Program CS50x berlangsung selama 22 minggu secara daring, para peserta terpilih akan mengikuti rangkaian program luring lima hari di Jakarta Intercultural School. Mereka akan dipandu secara langsung oleh Gordon McKay Professor Practice of Computer Science Harvard University David J Malan.

Program itu telah dilaksanakan dengan format kegiatan secara daring dan luring sejak Oktober 2023 hingga Maret 2024. Para guru diajarkan langsung oleh para teacher fellow dari Harvard University tentang ilmu komputer dan seni pemrograman. Sasaran program ini terbuka untuk semua guru dan tidak terbatas pada yang mengajar di bidang komputer dan informatika.

Salah satu prinsip dasar yang didapatkan para guru dalam program ini adalah seperti computational thinking sebagai landasan berfikir dalam bidang informatika. Selanjutnya, ditanamkan prinsip bahwa pelajaran Informatika bukan sekadar soal penggunaan TIK sebagai alat, melainkan sebagai sarana menjadikan peserta didik sebagai digital citizen. 

“Lebih lanjut, para guru peserta juga mendapatkan pemahaman, informatika adalah ilmu yang fleksibel dengan bidang keilmuan lain. Sebab, pada hakikatnya, perangkat informatika dibuat untuk memudahkan menuntaskan pekerjaan di berbagai bidang kehidupan serta membantu menyelesaikan permasalahan di era modern,” kata Nadiem.

Prinsip yang juga disebut tak kalah krusial di zaman ini adalah bahwa pembelajaran Informatika mestinya dapat melahirkan generasi kreator sehingga peserta didik tidak hanya menjadi pengguna teknologi.

Dengan prinsip-prinsip itu, program CS50x Indonesia-Harvard University  sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang mengedepankan peningkatan kompetensi guru. Program itu dinilai berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman para pendidik untuk menerapkan prinsip komputer sains dalam proses pembelajaran. “Ke depannya, semoga CS50x Indonesia–Harvard University tetap berlanjut dan banyak program-program serupa yang lahir dengan semangat Merdeka Belajar,” kata Nadiem. 

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek mempunyai perhatian khusus terhadap peningkatan kemampuan guru di bidang digital, khususnya Informatika. Mengingat informatika merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Mata pelajaran Informatika akan dapat menyumbangkan kemampuan berpikir komputasional yang dilandasi oleh logika. 

“Sebab itu, mata pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran yang berkontribusi pada terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, khususnya dalam menumbuhkan daya nalar kritis dan kreatif siswa, serta bergotong royong dalam kebhinekaan global di dunia nyata maupun dunia maya,” tutur Dirjen GTK Kemendikbudristek Nunuk Suryani. 

Tak hanya di dalam sekolah, di luar sekolah pun para peserta didik  diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif dalam berkarya dan berteknologi, serta memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni sebagai anggota masyarakat sekaligus warga digital yang berakhlak baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement