REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji pemanfaatan kecerdasan buatan untuk dipakai dalam sistem pertahanan di kawasan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara. "Keberadaan kecerdasan buatan memiliki peranan sangat penting sebagai salah satu pertahanan cerdas bagi keamanan bangsa dan negara, terutama di kawasan IKN," kata Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisal dan Keamanan Siber BRIN, Anto Satriyo Nugroho di Jakarta, Rabu (6/5/2024).
Anto mengungkapkan, ada tiga peran strategis kecerdasan buatan bagi pertahanan. Pertama, alat yang bisa membantu memberikan keputusan dalam tata kelola organisasi, manajemen personal, manajemen anggaran, dan manajemen logistik.
Peran kedua adalah sistem informasi operasional militer. Lalu, peran ketiga berfungsi sebagai tools bagi penerapan teknologi sistem senjata.
Meski punya peran yang besar dan penting, imbuh Anto, penetrasi koneksi internet yang meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia menjadi salah satu ancaman bagi keamanan. "Pertumbuhan tingkat penetrasi internet di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini hampir 79,5 persen jumlah penduduk Indonesia sudah terkoneksi internet,” ucapnya.
BRIN memandang IKN yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, memunculkan tantangan dalam perencanaan strategi pertahanan. Menurut Anto, IKN memiliki karakteristik geografi militer dengan faktor-faktor fisik, seperti relasi spasial, bentang wilayah darat, serta karakteristik perairan pesisir dan laut, yang berbeda dengan Jakarta.
"Hal itu memungkinkan ancaman terhadap keamanan IKN juga berubah dan bahkan berlipat ganda," ujarnya. Direktur Pengkajian Hankam dan Geografi Lembaga Ketahanan Nasional Rolland Waha mengatakan konsep pertahanan Indonesia harus mengikuti kondisi geografis di Indonesia yang nantinya akan menentukan alat utama sistem senjata yang diperlukan.
Rolland menegaskan konsep pertanian tidak bisa memaksakan kondisi di negara lain. “Desainlah pertahanan cerdas berdasarkan apa yang kita miliki, bukan orang lain yang miliki,” usulnya.
Lebih lanjut Rolland menambahkan, IKN Nusantara menjadi rawan bila ada pertempuran hegemoni antara Amerika Serikat dengan Cina, terutama di sekitaran wilayah Indonesia. Dia menekankan pergelaran pertahanan Indonesia harus melihat posisi gelar Amerika Serikat (AS) dan Cina.