REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Masyarakat di Jawa Tengah diimbau menjadi pembeli cerdas dan tidak melakukan panic buying. Misalnya, dengan memborong beras seiring dengan kenaikan harganya.
“Biasanya kami melihat tren Desember, Januari, Februari agak push. Agak tinggi permintaan konsumsi. Sekali lagi banyak upaya yang dilakukan pemerintah, itu juga jaminan bagi masyarakat agar tidak panic buying," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah Ratna Kawuri di Semarang, Jumat (1/3/2024).
Diakuinya, saat ini masih dijumpai harga beras premium yang mencapai Rp 18 ribu per kilogram, salah satunya di Pasar Peterongan Semarang. Dia mengatakan setiap pedagang akan memiliki harga jual yang berbeda, tergantung dari asal pasokan, serta besar kecilnya toko. "Kami kalau melakukan survei dari pedagang satu dengan pedagang lain berbeda. Maka dari itu, kami imbau masyarakat untuk jadi pembeli atau konsumen yang cerdas," katanya.
Menurut dia, harga beras saat ini memang masih relatif tinggi dipengaruhi banyak faktor, termasuk pasokan, tetapi masyarakat diminta tidak khawatir karena pemerintah telah melakukan berbagai langkah. Antara lain, menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM), menyuplai beras Stabilitasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) ke pasar tradisional dan ritel modern, dan melakukan pemantauan secara rutin.
"Kemarin dari pantauan kami itu (beras) medium sekitar Rp 15.100 hingga 15.300 per kg dan premium Rp 16.400 hingga 16.700 (per kg)," katanya.
Ia mengatakan dampak El Nino dan bencana alam juga memengaruhi produksi beras, seperti banjir yang melanda sentra produksi beras di Jateng, yakni Grobogan dan Demak pada awal bulan Februari lalu. Dengan kondisi semacam itu, kata dia, terjadi gangguan pada sisi suplai sehingga menjadi pemicu kenaikan harga beras di pasaran.
"Kami harapkan dengan Sragen, Wonogiri, Grobogan mulai panen. Mudah-mudahan ini bisa mendongkrak stok dan pasokannya (beras)," katanya.