Jumat 02 Feb 2024 01:12 WIB

BKKBN Ingatkan Calon Ibu Perhatikan Nutrisi Sejak Remaja  

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting dilakukan.

Pencegahan stunting penting dilakukan sebelum anak lahir. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Pencegahan stunting penting dilakukan sebelum anak lahir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan seluruh calon ibu untuk memperhatikan nutrisi sejak remaja agar di masa depan tidak melahirkan anak yang stunting.

"Apabila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, anak berpotensi mengalami stunting, demikian juga apabila ibu yang masa remaja dan masa kehamilan kurang mendapat asupan nutrisi dan laktasi, juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan otak anak," kata Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN Dwi Listyawardani dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Baca Juga

Dwi menyampaikan hal tersebut mewakili Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar "Pencegahan Stunting melalui Manajemen Gizi dan Pola Asuh Anak" yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (31/1/2024) lalu.

Dwi juga menegaskan pola makan konsumsi juga menjadi salah satu faktor penyebab stunting. Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak seimbang biasanya terjadi karena orang tua kurang memahami konsep asupan gizi baik sebelum, saat, dan setelah melahirkan.

"Oleh karena itu, seorang ibu harus paham tentang gizi. Ibu yang cerdas sadar akan nutrisi, dan seorang ibu juga harus tahu kalau stunting adalah gagal tumbuh secara optimal akibat kurangnya nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan, di mana kekurangan nutrisi paling sering terjadi justru pada saat kehamilan," tuturnya.

Terkait pola konsumsi yang bisa memunculkan stunting, Dwi menyebutkan beberapa perilaku konsumsi kurang gizi makro, di antaranya kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, rendahnya praktik inisiasi menyusui dini (IMD), tidak memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI).

Dwi juga mengemukakan bahwa pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting dilakukan, dan bisa dilakukan secara berkala melalui pengukuran antropometri yang kemudian dibandingkan dengan standar pengukuran kecukupan pertumbuhan, dan mengidentifikasi gangguan pertumbuhan sejak dini (berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO).

"Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak itu harus dilakukan di posyandu," ucapnya.

Menurut dia, pencegahan stunting bisa membuahkan hasil yang efektif melalui intervensi gizi spesifik dengan pemberian tablet tambah darah, ASI, pemberian MPASI dan imunisasi dasar. Penanganan berikutnya yakni melalui intervensi sensitif, misalnya penanggulangan kemiskinan, pendidikan, dan sosial.

Ia menambahkan, kontribusi intervensi sensitif terhadap percepatan penurunan stunting mencapai 70 persen, sedangkan sektor kesehatan (intervensi spesifik) berkontribusi 30 persen dalam penanganan stunting.

"Stunting berisiko terutama pada balita, kalau sudah lewat balita agak aman, intinya ibu harus telaten," demikian Dwi Listyawardani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement